Menyimak cerita Rio yang akhirnya bisa menularkan ilmu berkebun anggur ke pada warga sekitar, memang tak serta merta mulus.
Dimulai ketika ia menanam buah anggur lokal jenis isabela pada tahun 2010.
Berselang empat tahun kemudian, ia mulai mengganti pohon anggur tersebut dengan menanam anggur ninel yang berasal dari Ukraina.
Rupanya lambat laun usaha Rio mulai menampakkan hasil. Sebagian warga mulai tertarik mengikuti jejak Rio dengan mendayagunakan halaman rumah masing masing untuk menanam pohon anggur.
Seiring berjalannya waktu kesuksesan Rio mulai diikuti warga lain hingga Dusun Plumbungan ini dikenal dengan sebutan Kampung Anggur.
Rio tak berpuas diri,ia terus mempelajari karakter tiap pohon anggur yang saat ini ia koleksi. Jumlahnya ada sekitar 40 jenis pohon anggur.
Petani anggur otodidak ini setidaknya sudah sukses mempraktekkan urban farming.
Rio membuat warga sekitar teredukasi dengan perihal memanfaatkan lahan sempit menjadi lebih bernilai secara ekonomi dan lingkungan.
"Saya juga pengin mengedukasi bahwa, bukan soal harga buah anggur saja, ada banyak proses yang harus dihargai di sana. Ada kebutuhan dan kesejahteraan petani yang juga harus dipikirkan," ungkap Rio.
Saat ini kampung Anggur bukan saja menjadi destinasi para wisatawan yang tujuan utamanya penasaran mencicip rasa buah anggur dan berfoto ria, namun juga banyak dari instansi pemerintah atau kampus yang melakukan studi banding.
"Dengan adanya hasil yang menggembirakan dari berkebun anggur ini, setidaknya membuka mata kita bahwa bertani tidak hanya melulu padi, kita bisa bertani dan menanam apa saja," imbuh Rio.