TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aktivitas Gunung Merapi masih tergolong tinggi sejak ditetapkan berstatus Siaga pada 5 November 2020 lalu.
Selama sepekan terakhir, tepatnya pada 24-30 September 2021 lalu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melaporkan bahwa Merapi meluncurkan 67 kali guguran lava.
Namun untuk pekan ini, tak teramati adanya guguran awan panas.
"Seluruhnya ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter," jelas Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, Minggu (3/10/2021).
Lebih jauh, BPPTKG juga mengamati adanya penambahan ketinggian kubah lava bagian barat daya sekitar 1 meter.
Hingga saat ini kubah lava barat daya tercatat memiliki volume sebesar 1.630.000 meter kubik dan untuk kubah tengah sebesar 2.854.000 meter kubik.
Lebih lanjut terkait dengan deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada pekan ini tidak menunjukkan perubahan signifikan.
"Namun dari segi intensitas aktivitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi," ujarnya.
Kemudian untuk cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," jelas Hanik.
Menimbang hasil pengamatan itu, status Gunung Merapi masih berada di level 3 atau Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro dan sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," jelasnya. (*)