Nostalgia Zundapp Combinette, Motor Klasik Eropa Tahun 60-an

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho
Editor: Kurniatul Hidayah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Zundapp Combinette milik Angga Catur (28) asal Klaten Selatan

TRIBUNJOGJA.COM - Meski terkesan kurang masuk akal, tak sedikit orang yang membeli sepeda motor sebagai sebuah investasi. Nyatanya, beberapa jenis motor klasik memiliki harga jual yang kian melejit.

Hal tersebut tentu saja dipengaruhi beberapa alasan, mulai dari desain yang everlasting, populasinya yang langka, serta nilai historis yang menjadikan motor-motor tersebut incaran para kolektor.

Satu di antara motor klasik yang layak jadi koleksi sekaligus memiliki nilai investasi yakni Zundapp Combinette, produksi 60-an.

Angga Catur (28) asal Klaten Selatan ialah satu di antara yang kesengsem pada Zundapp Combinette, dan kini ia beruntung dapat mengoleksinya.

Baca juga: Milvarra Pohan Rilis Lagu Berbahasa Batak Ingkon Ho

Diceritakan Angga, Zundapp Combinette rilisan 1961 miliknya didapat dari seorang kolektor di Solo, Jawa Tengah. Mulanya, Zundapp Combinette berkelir biru-putih tersebut tengah diperbaiki di sebuah bengkel khusus motor klasik yang merupakan bengkel milik tetangganya.

Lantaran tertarik dengan motor berkapasitas mesin 50cc tersebut, Angga kemudian menanyakan pada pemilik bengkel perihal pemilik motor tersebut.

"Ketika itu si pemilik motor belum berniat menjual Zundapp Combinette ini, namun saya kejar terus. Sampai saya sambangi di kediamannya di Solo, coba ambil hatinya, dan akhirnya beliau bersedia melepas koleksinya tersebut," ujar Angga.

"Kebetulan, beliau punya dua unit Zundapp Combinette, biru dan hijau. Namun beruntungnya, justru motor berkelir biru inilah yang dilepas pada saya, lengkap dengan surat saktinya, BPKB dan STNK," tambah pemilik kedai kopi 'Noena Coffee and Foods' di  Bangilan, Ngalas, Klaten Selatan ini.

Kondisi motor Zundapp Combinette ini terbilang istimewa. Dikatakan Angga, motor miliknya memang dalam kondisi full restorasi, namun mayoritas tetap mempertahankan part-part original mulai dari handpad, pedal, tromol depan, speedometer, holder, velg, headlamp, stoplamp dan beberapa pernik motor lainnya.

Lebih lanjut, Angga mengungkapkan bahwa Zundapp Combinette ini bukanlah motor lawas pabrikan Eropa yang pertama ia miliki. Sebab, sebelumnya ia pernah memiliki Zundapp KS50.

"Akan tetapi, Zundapp Combinette ini menurut saya pribadi memiliki desain yang lebih cantik. Kalau Zundapp KS50 kan dari segi bentuk serupa dengan Yamaha L2 Super," ujar Angga.

Benar saja, model ini memang unik karena memiliki pedal (engkol) hingga bisa dikayuh jika kehabisan bahan bakar. Selain itu, pedal juga berfungsi sebagai rem, sebagaimana rem torpedo berfungsi pada sepeda.

"Di samping itu, Zundapp ini memiliki histori yang panjang. Bagaimana motor yang diproduksi di Jerman ini bisa sampai masuk ke Indonesia, yang dulu hanya dipakai segelintir orang yang mampu atau konglomerat. Itu jadi cerita yang menarik buat saya," tambah pemilik akun instagram @angga_ctr ini.

Sekadar informasi, Zundapp Combinette merupakan motor klasik dari Eropa yang saat ini populasinya sudah langka. Motor ini merupakan garapan salah satu produsen motor Jerman, Zündapp-Werke GmbH yang didirikan pada tahun 1917 di Nuremberg.

Setelah perang dunia kedua, pabrikan ini mulai berkembang dengan memproduksi mikrokar, moped, dan skuter. Perusahaan ini akhirnya tutup pada tahun 1984 karena mengalami kebangkrutan.

Adapun Zundapp Combinette menjadi satu motor andalan Zundapp yang sempat dipasarkan di Tanah Air pada tahun 60-an. Kendati sempat populer pada masanya, namun motor berkapasitas mesin 50cc ini harus rela kalah pamor dengan motor-motor besutan pabrik Jepang seperti Honda dan Yamaha.

Underbone ini memiliki fitur yang menarik dengan penggunaan shock absorber belakang ganda, tangki cembung besar, dan suspensi ayun di roda depan. Dibekali mesin 50cc, motor ini menggunakan gearbox 3-percepatan saja.

Baca juga: Dr Aqua Dwipayana: Mahasiswa Harus Menggembleng Diri Merevolusi Mental Jadi Manusia Berintegritas

Sparepart Langka

Tergolong motor yang populasinya langka, perawatan tentu saja menjadi suatu keharusan. Namun, hal tersebut diakui Angga bukan tanpa kendala.

"Untuk cari part-nya yang original tentu saja sangat susah. Kalau pun adam harganya sangat mahal. Kalau sekadar cari yang imitasi, tentu lebih mudah," ujar Angga.

"Kalau motor keluaran tahun 60-an, yang jelas motor dalam kondisi capek. Mungkin kalau diibaratkan, motor ini kilometernya sudah mencapai jutaan. Selain itu, motor ini tidak menggunakan CDI, jadi untuk menghidupkannya cenderung susah. Kendalanya itu saja," lanjutnya.

"Maka, banyak pemilik motor klasik yang memilih mengupgrade motornya dengan CDI, sehingga lebih mudah menghidupkannya," pungkasnya. (Han)

Berita Terkini