Kisah Inspiratif

Pertahankan Cara Tradisional, Mie Lethek Cap Garuda Tetap Diproduksi dengan Tenaga Sapi

Penulis: Santo Ari
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses pembuatan Mie Lethek Cap Garuda di Dusun Bendo, Kalurahan Trimurti, Srandakan, Bantul.

Tapi hal itu tidak dilakukannya.

Menurutnya, proses pembuatan mi dengan mesin akan mempengaruhi rasa.  

"Maka sampai sekarang kita pertahankan secara tradisional, agar rasa dan kualitas tidak berubah. Selain itu, di sini masih mempertahankan sistem tradisional dengan tenaga sapi, karena kalau diubah ke mesin, pertama akan terkendala dalam finansial, dan butuh orang teknik," ujarnya.

Sementara pekerja di sini juga berasal dari kalangan warga sekitar.

Setidaknya Feri mempekerjakan 35 orang warga sekitar.

Warga ini akan bekerja dengan sistem shift mulai dari produksi hingga dapur.  

Proses pembuatan mi ini terbilang cukup lama.

Di pagi hari, tepung akan digiling dengan silinder untuk mencampur tepung tapioka dengan tepung gaplek.

Setelah itu kemudian adonan akan dikukus.

Proses silinder kemudian diulangi kembali, dengan tetap mencampur adonan dengan tepung tapioka kering.

Baca juga: Festival Mie Lethek Diharapkan Bisa Dongkrak Ekonomi Warga

Baru setelahnya dilakukan pengrepesan, pemasakan, kemudian baru didinginkan.

Keesokannya mi akan diuraikan untuk dijemur, dan ketika sudah kering dilakukan pengemasan.  

Proses produksi yang masih manual ini tentu saja memiliki banyak kendala.

Maka dari itu, dirinya pun tak bisa mematok berapa banyak mi yang bisa dibuat selama per-bulannya.

"Karena kami bekerja dengan sistem sosial, kadang kita libur tergantung oleh tenaga kerja. Kadang produksi seminggu 3 kali, bahkan seminggu sekali. Selain itu ini juga bergantung pada cuaca. Tapi rata-rata per minggu kita bisa buat 1,5 sampai 2 ton," ungkapnya.

Halaman
123

Berita Terkini