TRIBUNJOGJA.COM - Tiga wayang diberikan Dalang Ki Manteb Sudharsono kepada anak Ki Seno Nugroho, Gading Pawukir, yakni wayang Janoko, Gatotkaca dan Buta Cakil.
Wayang ini diberikan tepat 7 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho saat itu.
Ki Manteb berharap, wayang tersebut dapat menjadi semangat Gading meneruskan dharma sang Bapak di dunia seni wayang kulit sebagai seorang dalang.
Ki Manteb mengatakan, wayang yang diberikan kepada Gading, termasuk Gatotkaca, merupakan wayang sabetan.
Adapun pemberian Janoko dan Buta Cakil, dua tokoh wayang yang selalu dimainkan dalam perang kembang itu, memiliki makna tersendiri.
"Susah-susahnya memainkan wayang itu perang cakil. Maka dari itu, si Gading saya gadang-gadang bisa memainkan perang cakil supaya bagus."
"Paling tidak seperti saya," ucapnya, seusai memberikan Wayang kepada Gading kala itu.
Perang cakil atau perang kembang antara Janoko dan Buta Cakil menurutnya adalah perang gendiran.
Ki dalang harus bisa memainkan dua tokoh wayang yang saling berlainan gerak.
"Satu tangan (geraknya) pecilakan, satu tangan lainnya halus. Jadi paling sulit," jelas Ki Manteb.
Pemberian wayang kepada Gading juga dimaksudkan supaya anak Ki Seno Nugroho itu tumbuh rasa cintanya terhadap dunia perwayangan.
"Saya gadang-gadang memang bisa melebihi bapaknya," harap dia.
Baca juga: MOBIL BARU : Suzuki Karimun 3 Baris Kapan Masuk Indonesia ? Ini Jawaban Suzuki Indonesia
Baca juga: Cerita Nelayan di NTT Temukan Bayi Hiu Berwajah Mirip Manusia, Penemunya Sampai Ketakutan
Baca juga: Info Prakiraan Cuaca Jumat 26 Februari 2021, BMKG Prediksi 20 Provinsi Diguyur Hujan Lebat
Beri Nama Tambahan
Selain mewariskan tiga wayang, Dalang yang dikenal dengan Jargon "Oye" itu juga memberikan nama tambahan "Seno Saputro" kepada Gading Pawukir.
Sebab, Gading merupakan anak Seno Nugroho dan sudah dianggap seperti cucunya sendiri.
Dalang beken Ki Seno Nugroho memang telah tiada.
Namun demikian, Ki Manteb Sudharsono tetap optimis kelak di Yogyakarta akan muncul dalang kondang seperti Seno Nugroho.
"Yang saya jagokan anaknya seno itu. Menurut saya mudah-mudahan kacamata saya masih bisa melihat. Anak ini (Gading) akan menjadi baik," ucapnya.
Sama seperti Seno Nugroho yang sudah dianggap anak, Ki Manteb juga membuka pintu lebar kepada Gading jika ingin belajar dalang kepada dirinya.
Pada kesempatan yang sama, Ki Manteb juga sempat menyampaikan pesan khusus setelah Ki Seno Nugroho meninggal dunia.
Pesan itu ditujukan ke semua penggemar Ki Seno Nugroho, serta secara khusus pesan dan permintaan ditujukan ke putra almarhum, Gading Pawukir.
Lewat bahasa campuran Jawa dan Indonesia, Ki Manteb secara khusus meminta semua penggemar Ki Seno Nugroho merenung.
“Yang kehilangan bukan hanya kalian, aku kelangan. Seno itu bisa terkenal, laris, aku senang bukan main. Ini berarti apa yang ku tanam benar-benar tumbuh,” kata Ki Manteb.
“Nah, saiki wis dipanggil Gusti, jangkane memang wis tekan semono, kodrate Seno,” lanjutnya sembari meminta siapa saja penggemar fanaik Ki Seno Nugroho merenung.
“Ayo merenung bareng, kalian nanti cari kira-kira siapa dalang yang bisa menggantikan rasa kehilangan Seno. Kira-kira siapa, kalian yang menentukan, bukan saya,” kata ki Manteb.
Dalang yang sabetannya memukai ini mengaku sudah berulang-ulang mengingatkan agar semua dalang dicintai warga.
“Siapapun dalangnya, cintailah, biar wayang kulit semakin membanggakan dan popular.
Meski memang setiap penggemar wayang itu pasti punya idola,” kata Ki Manteb.
Kepada putra almarhum Ki Seno, Gading Pawukir, secara khusus Ki Manteb Sudarsono menyampaikan sederet pesan, permintaan, sekaligus tawaran.
“Seno itu punya bibit bagus, cucuku Gading Pawukir. Ayo nak, bapak sudah tidak ada, aku ya paham bagaimana rasanya kehilangan bapak, tapi sudahilah sedihmu,” pinta Ki Manteb.
“Kamu tangisi seperti apapun, bapak sudah tiada. Unen-unen mengatakan mikul duwur mendem jero, dadi terusno sejarahe bapakmu,” lanjut Ki Manteb.
“Kamu senang wayangnya Mbah Manteb, ayo belajar sama Mbah Manteb. Bapakmu dulu yang membesarkan ya aku,” lanjutnya.
“Bermain wayang lah yang baik, kalau bisa lebihi bapakmu. Ikhlaskan bapakmu, kamu yang meneruskan dharmanya,” ujar Ki Manteb yang masih terus mendalang di usianya yang cukup sepuh.
“Mau meniru bapakmu, apik. Mau meniru Mbah Mantep, ayo, kapan-kapan suk ketemu Mbah Manteb, tak ajari, mumpung Mbah Manteb masih bisa mengajari,” lanjutnya di depan Ki Putut dan Ki Joko Edan. ( Tribunjogja.com | Ahmad Syarifudin | Yudha Kristiawan )