Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung berapi bisa memiliki dampak positif, namun juga berpotensi bahaya bila tidak diimbangi dengan mitigasi bencana yang tepat.
Potensi bahaya gunung api secara garis besar dibagi dua, yakni bahaya tidak langsung sebesar 24 persen dan bahaya langsung sebesar 76 persen.
Penyelidik Bumi BPPTKG, Niken Angga Rukmini, menyebutkan bahaya langsung yang bisa muncul dari gunung api dan potensinya antara lain awan panas 33 persen, tsunami 20 persen, lahar 17 persen, jatuhan abu 3 persen, longsor 2 persen, balistik atau lontaran 1 persen, dan petir.
"Sementara bahaya tidak langsung ini misalnya ada hujan abu yang mengandung gas, jatuh di tanaman atau air yang dikonsumsi manusia, lalu mengakibatkan keracunan," ujarnya dalam Siaran Informasi BPPTKG, Senin (28/12/2020).
Lebih lanjut, Niken menjelaskan tentang tiga ancaman bahaya langsung gunung api yang paling banyak terjadi, yaitu awan panas, lahar, dan jatuhan abu.
Awan panas atau dikenal warga Merapi sebagai wedus gembel merupakan suatu aliran dengan suhu dan kecepatan tinggi yang tersusun atas abu, gas, dan batuan vulkanik.
"Kecepatan awan panas bisa mencapai 100 km/jam. Oleh karena itu, sebelum erupsi masyarakat diimbau untuk mengevakuasi diri terlebih dahulu karena kecepatan awan panas sangat tinggi," tutur Niken.
Selanjutnya, lahar adalah suatu aliran rombakan yang bersifat sangat pekat akibat adanya percampuran antara material hasil erupsi dan bantuan air.
Lahar sendiri bisa merupakan kejadian primer yang muncul langsung setelah erupsi atau saat erupsi tidak lama kemudian terjadi hujan maka terjadilah lahar.
Atau juga kejadian sekunder, semisal terjadi erupsi, sebulan setelah itu terjadi hujan.
"Atau juga tidak berhubungan dengan kejadian erupsi, misalnya lahar sudah terendap di sungai kemudian ada hujan dan dia terbawa, menjadi lahar hujan," imbuhnya.
Bahaya langsung berikutnya, lanjut Niken, ialah jatuhan abu atau hujan abu yang merupakan jatuhnya material yang dihasilkan kolom erupsi gunung api. Abu berjatuhan karena gravitasi.
Persebaran abu, menurut Niken, sangat dipengaruhi oleh angin.
Seperti erupsi Gunung Kelud dengan erupsi yang besar dan angin yang kencang, bahkan abu erupsi bisa terbawa hingga DIY.