Erupsi Gunung Merapi

UPDATE Gunung Merapi : Intensitas Kegempaan Pekan Ini Cenderung Menurun Dibandingkan Minggu Lalu

Penulis: Maruti Asmaul Husna
Editor: Hari Susmayanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan Gunung Merapi dari Desa Candibinangun, Pakem dan Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (28/11/2020)

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - BPPTKG melaporkan, dari hasil pengamatan aktivitas Gunung Merapi minggu ini (27 November-3 Desember 2020) aktivitas kegempaan Gunung Merapi menurun dibanding minggu lalu. 

"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Jumat (4/12/2020). 

Dalam minggu ini, jelas Hanik, kegempaan Gunung Merapi tercatat 236 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.128 kali gempa Fase Banyak (MP), 3 kali gempa Low Frekuensi (LF), 289 kali gempa Guguran (RF), 330 kali gempa Hembusan (DG), dan 11 kali gempa Tektonik (TT). 

Sementara, deformasi atau pemekaran tubuh Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 11 cm/hari. 

Hanik melanjutkan, pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 65 mm/jam selama 60 menit di Pos Kaliurang pada 3 Desember 2020.

Namun demikian, tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Baca juga: Jumlah Pengungsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang Terus Menyusut

Baca juga: Update Gunung Merapi, BPPTKG Sebut Sumber Tekanan Magma di Kedalaman 1,3 Kilometer dari Puncak

Secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan
siang hingga malam hari berkabut.

Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah hingga sedang. Tinggi asap maksimum 600 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 27 November 2020 pukul 05.50 WIB. 

"Terdengar beberapa kali guguran dengan jarak luncur yang tidak teramati karena visual dominan berkabut," terang Hanik. 

Hanik menambahkan, analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara pada 29 November terhadap 26 November 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak. 

"Dari sektor barat laut profil topografi puncak terutama pada sekitar Lava1948 dan Lava1888 sedikit berubah karena aktivitas guguran yang terjadi," imbuhnya. 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental tersebut, ungkap Hanik, maka disimpulkan terdapat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, sehingga status aktivitas ditetapkan dalam tingkat aktivitas siaga.

"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km," tandasnya. (Tribunjogja/Maruti Asmaul Husna)

Berita Terkini