BPPTKG Yogya Terapan Protokol Kesehatan dalam Program WLPB

Penulis: Mona Kriesdinar
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto puncak barat Gunung Merapi dari PGM Babadan, Dusun Babadan, Desa Krinjing, Kabupaten Magelang, Jateng, Kamis, 29 Oktober 2020.

TRIBUNJOGJA.COM - Di tengah situasi pademi covid-19 ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melakukan sejumlah penyesuaian dalam program Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB). Program yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas warga terkait potensi bencana erupsi merapi ini, sekarang dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan.

Adapun, WLPB ini adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana erupsi merapi. Program dilakukan dengan pelatihan, pendampingan hingga kunjungan lapangan ini sudah digelar sejak tahun 2008 lalu, dan terus berlanjut hingga sekarang.

Program ini diarahkan untuk memperkuat kesadaran dan kapasitas warga khususnya yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) terhadap potensi ancaman bencana.

Melalui WLPB ini pula diharapkan warga memiliki ketahanan dalam menghadapi bencana serta untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan anggota masyarakat lainnya bila terjadi bencana.

Hal itu disampaikan Mantan Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo pada acara Jagongan Virtual dalam rangka Peringatan 10 Tahun Erupsi merapi yang digelar secara daring pada Senin (2/10/2020).

Senada, Staf Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Dewi Sri Sayudi dalam acara webinar yang digelar sebelumnya merinci bahwa penerapan protokol kesehatan ini dilakukan antara lain dengan membatasi jumlah peserta maupun personel yang mengikuti WLPB.

Selain itu, baik itu para peserta maupun personel wajib mengenakan masker, mencuci tangan, pengukuran suhu tubuh, penyemprotan disinfektan, menjaga jarak serta kegiatan ini diawasi oleh satgas covid tingkat desa. Acara Peringatan 10 Tahun Erupsi Merapi yang sedang dilaksanakan ini pun sepenuhnya digelar secara daring.

Adapun materi yang disampaikan meliputi pengenalan karakter/ancaman bahaya Gunung Merapi, pemahaman peta KRB Gunung Merapi, penjelasan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten dalam penanggulangan erupsi Gunung Merapi serta berupa materi lapangan.

"Warga sudah menyadari pentingnya protokol kesehatan sehingga mereka pun biasanya meminta untuk menggelar kegiatan WLPB di level lokal, tanpa melibatkan orang dari luar dusun," jelasnya. (*)

Berita Terkini