Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY harus memutar otak selama pandemi untuk tetap bisa melakukan pencegahan kasus kekerasan pada anak dan perempuan.
Sebab, seluruh anggaran kegiatan yang sifatnya pendukung tersebut dihapus dan dialihkan untuk penanganan Covid-19 di DIY.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3AP2 DIY, Wredi Wyandani mengatakan pemangkasan anggaran pencegahan kekerasan pada anak dan perempuan sementara berlaku hingga Desember 2020.
Namun, tetap ada anggaran untuk kegiatan yang bersifat pelayanan pada korban kasus kekerasan.
• Diprediksi Banyak Kasus Kekerasan Tersembunyi pada Anak dan Perempuan di DIY Selama Pandemi
“Kami sampai Desemberi 2020 nggak punya anggaran. Kalau di pelayanan itu masih. Tahun 2021 kita belum tahu perkembangannya. Tapi tetap akan kami upayakan ada anggaran untuk pelayanan itu. Namun, untuk program edukasi, sosialisasi, FGD (diskusi grup terpumpun) hilang, ya sudah lah,” ungkapnya saat ditemui Tribunjogja.com, Rabu (17/6/2020).
Wredi menjelaskan, selama ini pencegahan tindak kekerasan dilakukan pihaknya kepada kalangan perempuan maupun anak.
Untuk anak, selama ini DP3AP2 DIY melakukan edukasi di sekolah-sekolah, Taman Pintar, Sunday Morning, dan tempat-tempat lain yang banyak terdapat anak-anak.
“Anak ini kan seringkali melakukan kekerasan bullying tapi nggak tahu. Kita edukasikan bullying ini seperti ini, kamu mau nggak diperlakukan seperti itu? Banyak yang nggak tahu, bahkan guru BK (bimbingan konseling) pun masih belum paham tentang bullying yang ternyata variasinya luar biasa,” jelasnya.
Wredi mengatakan, pendekatan ke sekolah biasanya mereka lakukan kepada SMP dan SMA.
• Prosentase Angka Kesembuhan Covid-19 di DIY Terus Meningkat, Kini Telah Capai 78,1 Persen
Sebab, usia tersebut dinilai lebih rawan.
“Yang SD ada (bullying), tapi tidak terlalu mengkhawatirkan seperti SMP dan SMA,” imbuhnya.
Sebagai gantinya, selama pandemi DP3AP2 DIY melakukan sosialisasi dan edukasi melalui media sosial. Juga layanan telepon sahabat keluarga (Tesaga) di nomor 087719292111.
“Kami punya Tesaga, yang menangani itu anak-anak psikologi. Masyarakat bisa melakukan telekonseling (konseling melalui telepon), tetapi seandainya mau datang langsung ya bisa. Tapi kita akan lihat kasusnya, perlu ditangani lebih lanjut atau tidak,” tuturnya.
Dia menambahkan, seandainya memerlukan penanganan lanjutan, masyarakat yang mengadu akan diarahkan kepada jaring Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK).
“Itu isinya banyak sekali lembaga yang berkonsentrasi terhadap perlindungan perempuan dan anak,” imbuhnya.
• Menjaga Kondisi Psikologis Lansia di Masa Pandemi Corona
Permintaan Layanan Tesaga Meningkat
Sementara itu, menurut Wredi, layanan Tesaga selama masa pandemi mengalami peningkatan permintaan konsultasi.
Bahkan, angka peningkatannya hampir mencapai tiga kali lipat.
Selama 2020, pada Januari tercatat total ada 29 permintaan yang masuk, pada Februari ada 27, Maret mulai meningkat menjadi 44.
Selanjutnya, peningkatan signifikan terjadi pada April sebanyak 81 permintaan masuk, Mei ada 63, dan Juni hingga Rabu (17/6/2020) tercatat ada 44 permintaan.
Media yang digunakan terdiri atas telepon, SMS, Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, e-mail, Line, dan konseling langsung.
Sedangkan, jenis permintaan layanan yang masuk di antaranya curhat/konseling, pengaduan/informasi, konfirmasi, dan lain-lain. Adapun permintaan berupa konseling mendominasi di setiap bulannya.
Terakhir, Wredi menyampaikan, kepada kalangan perempuan dan anak yang mengalami kekerasan, jangan malu atau takut untuk melapor.
Wredi menerangkan, adalah hak mereka untuk mendapat perlindungan. (TRIBUNJOGJA.COM)