TRIBUNJOGJA.COM, VENESIA - Virus corona membuat segalanya berubah. Mau tidak mau, bisnis juga harus ikut berubah agar tetap mendatangkan banyak konsumen.
Karena banyak negara merelaksasi PSBB, masyarakat mulai memadati tempat tempat umum. Tentu, tempat umum itu sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar tak menjadi tempat penyebaran virus corona.
Para pengunjung juga diwajibkan menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk ruang publik.
Perubahan ini mungkin terus dilaksanakan selama beberapa waktu. Sekali ada klaster baru penyebaran virus, bisa jadi akan datang gelombang penularan kedua bahkan ketiga.
Risiko ini tetap ada karena vaksin belum tersedia, yang mungkin memakan waktu antara sembilan bulan dan dua tahun.
Seperti yang terjadi di Italia. Sebagai negara di Eropa yang melonggarkan PSBB, pemerintah Italia tidak mau kecolongan.
Mereka membuat tempat wisata yang tak membuat orang berkerumun dalam satu tempat. Sehingga, pengunjung bisa menjaga jarak fisik satu sama lain.
Daniele Terzariol, Wakil Walikota Kota San Donà di Piave, dekat Venesia, mengatakan ketika kota dibuka kembali, pemerintah ingin menggunakan kesempatan ini untuk membuat ruang publik lebih fungsional dan lebih indah daripada sebelum PSBB.
Untuk memungkinkan jaga jarak fisik, kota ini telah membangun pedestrian untuk area utama.
Tak hanya itu, pemerintah juga membuka kompetisi untuk para pemilik restoran dan bar yang memiliki pengaturan outdoor terbaik.
Dengan begitu, memungkinkan orang-orang datang bersama-sama dengan aman, mulai dari furnitur yang dapat dipindahkan hingga tape art di lantai hingga mendorong jalur berjalan yang aman.
“Semua ide dan bahan diterima, terutama ketika didaur ulang dan anggarannya rendah,” kata Terzariol seperti yang ditulis BBC.
Di India, yang mulai membuka kembali toko dan transportasi domestik, pemilik restoran Shefali Gandhi di Goa juga percaya bahwa ruang terbuka akan menjadi kunci.
"Di kota-kota seperti Mumbai, orang telah terjebak di apartemen berukuran kotak korek api selama dua bulan," katanya.
"Dari sudut pandang praktis, taman juga memudahkan untuk merencanakan tempat duduk dan membersihkan setiap meja dengan lebih mudah," tambahnya.
Di Amsterdam, Belanda, ada sebuah restauran yang mengimplementasikan jarak aman untuk para konsumen. Tempat itu bernama Mediamatic ETEN, restoran vegan yang berada di di pusat seni Mediamatic Biotoop.
Melihat dari sederet foto yang beredar di media sosial, restoran tersebut menata meja dan kursi berjarak satu sama lain. Uniknya, satu meja dan dua kursi itu dimasukkan ke dalam bangunan kaca berbentuk seperti rumah kaca dengan seluruh rangka tampil transparan.
Dengan begitu, tamu bisa tetap menyantap makanan dengan tenang dan tak perlu khawatir dengan penyebaran virus corona. Restauran itu menyebut rumah kaca sebagai proyek 'Serres Separees' yang berarti rumah hijau terpisah dalam bahasa Prancis.
Serres Separees telah melewat dua kali tahap uji coba kelayakan, sebelum nantinya diterapkan pada saat pembatasan sosial skala besar berakhir.
Uji coba pertama pada 27 April 2020 dan yang kedua berlangsung 5 Mei lalu. Seluruh staf bekerja mengenakan pakaian pelindung. Makanan disajikan menggunakan papan kayu panjang yang dibersihkan secara steril setiap penyajian, sehingga tidak ada kontak fisik antar pengunjung dan staf.
Museum, restoran, dan teater memang diharapkan dibuka dengan kapasitas yang dikurangi pada 1 Juni di seluruh Belanda. Saat ini, mereka memiliki 40 ribu kasus positif Covid-19.
Sedangkan, Mediamatic ETEN telah melakukan reservasi mulai 21 Mei, tetapi mereka masih perlu mendapatkan izin dari otoritas lokal dan nasional untuk secara resmi dibuka. Kini, restoran itu masih dalam proses ujicoba staf dan keluarga.
Tak hanya di Belanda, negara Eropa lain, yakni di Jerman, ada kafe bernama Cafe Rothe yang berinovasi agar tetap bisa beroperasi di tengah pandemi. Kafe itu memberikan topi lucu untuk pelanggan untuk merayakan pembukaan restoran pasca kebijakan lockdown dilonggarkan.
Mengutip Insider, topi-topi lucu yang dibagikan dii Cafe Rothe adalah topi fedora dengan tongkat warna-warni tiga sisi. Alhasil, ketika dilihat topi tersebut mirip baling-baling.
Siapapun yang menggunakan jadi tidak ingin dekat-dekat orang lain atau dengan resiko menyenggol orang di sisinya.
Topi tersebut banyak dipuji netizen di Facebook. Sebab terbilang unik, bisa dijadikan alternatif restoran yang ingin tetap buka di masa pandemi
“Pada masa-masa sulit, merupakan hal yang memuaskan untuk membuat orang lain tersenyum,” kata pemilik Cafe Rothe, Jacqueline Roth, seperti yang dikutip Insider.
Tak jauh berbeda, di Swedia, ada sebuah restoran bernama ‘Table For One’ yang dibuka pada 10 Mei 2020 lalu. Lokasi restoran itu berada di Ransater, area rural di Varmland, 350 kilometer dari Stockholm.
Restoran terdiri dari satu-satunya meja kayu dan kursi tunggal di tamannya yang menghadap ke padang rumput hijau. Sebuah lilin dan buket bunga liar menghiasi pengaturan meja.
Kisah di balik usaha baru ini ternyata cukup manis.
Ketika orang tua tua Karlsson ingin mengunjunginya selama situasi Covid-19 saat ini, dia dan rekannya, Rasmus Persson, perlu memikirkan cara berbagi makanan dengan mereka tanpa membahayakan kesehatan mereka.
Karena mereka tidak bisa duduk di meja yang sama untuk alasan keamanan, mereka memutuskan untuk mengatur meja di luar di taman untuk makan jarak jauh dengan orang tua Karlsson saat mereka berbicara melalui jendela.
Menyaksikan pemandangan yang tenang saat orangtuanya makan malam di luar menyalakan percikan kreatif dalam diri Karlsson dan Persson.
Mereka menyadari bahwa mereka dapat mengundang orang lain untuk menikmati kesunyian damai ini sambil tetap menjaga jarak sosial.
Dengan demikian, ide restoran tunggal mereka lahir.
Setiap malam pukul 19.00, pelanggan solo mereka duduk di meja dan makan sendirian diiringi suara gemerisik pohon dan kicau burung.
Tidak ada staf menunggu dan tidak ada kontak manusia langsung.
Untuk mengantarkan makanan dengan aman, keranjang frill motif kotak-kotak merah dan putih melekat pada tali dan disajikan dari jendela dapur lantai dua Karlsson melalui sistem katrol yang dibuat menggunakan roda sepeda tua untuk tamu mereka yang duduk 50m jauhnya.
Bagaimana? Menarik bukan? Ini bisa menjadi inspirasi di Indonesia untuk tetap menjalankan usaha di tengah pandemi.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )