Yogyakarta

Tak Bisa Andalkan Platform Daring, Pedagang Pasar Sandang Beringharjo Minta Pemotongan Sewa

Penulis: Maruti Asmaul Husna
Editor: Ari Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana H-2 Idulfitri di Pasar Sandang Beringharjo Lantai 2 dan 3 sepi pembeli

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kondisi penjualan Pasar Sandang Beringharjo lantai 2 dan 3 lesu sejak Februari 2020. Kelesuan itu semakin parah saat pandemi mewabah di Indonesia sejak Maret hingga saat ini.

Bahkan, saat menjelang Idulfitri 1441 H/2020 M, Ketua Paguyuban Beringharjo Center Lantai 2 dan 3, Remon, mengatakan jumlah pengunjung per hari hanya sekitar 100-an orang.

Padahal, di tahun-tahun sebelumnya jumlah pengunjung pada pekan terakhir ramadan bisa mencapai puluhan ribu.

Untuk mengatasi hal itu, UPT Pusat Bisnis Pasar Beringharjo sejak April 2020 telah mengembangkan aplikasi lapak daring Pasar Beringharjo yang sudah dapat diunduh di Google Play Store.

Di aplikasi itu masyarakat bisa menemukan nama-nama toko yang ada di lantai 2 dan 3 Pasar Beringharjo, rentang harga, jenis produk yang dijual, dan nomor telepon yang bisa dihubungi. 

Jelang Idulfitri, Pengunjung Pasar Sandang Beringharjo Meningkat Tipis

Bagi pengunjung yang tertarik dapat langsung menghubungi nomor kontak tertera.

Namun demikian, menurut Remon, lapak daring Pasar Beringharjo hingga kini belum dapat menjadi solusi lesunya roda perekonomian para pedagang.

Bahkan, saat ini hampir tidak memiliki pengaruh.

“Nggak ada pengaruh. Nggak jalan (lapak daring). Karena masyarakat Jogja dan pedagang Beringharjo sudah terbiasa dengan namanya saja pasar tradisional kan. Jadi mereka ini, pertama mungkin nggak mau mempelajari IT-nya, kedua pola itu tidak termakan oleh pola pikir pedagang,” ungkap Remon kepada Tribunjogja.com.

“Ini kan pedagang rata-rata pedagang lawasan, nggak ada yang baru. Jadi mereka berpikir ya pasar itu dodolan neng (jualan di) pasar. Kepercayaan pedagang itu sangat tinggi bahwa mereka berdagang ya seperti ini, buka toko, laku. Nggak laku ya bagaimana lagi,” sambung pemilik toko Azzikra ini.

Pola berjualan daring, menurut Remon, mungkin saja dapat berjalan jika dikembangkan anak para pedagang yang notabene lebih mengerti IT.

Namun, sejauh ini kenyataannya dia dan para pedagang tidak merasakan pengaruh dari aplikasi daring yang sudah dibuat.

“Tapi nggak ada pengaruhnya, saya coba buka (lapak daring) dibantu anak, hanya laku satu potong. Itu juga mengirimnya ke Jepara. Ongkos kirimnya saja 65 ribu, tapi orangnya mau ya sudah. Namanya media sosial itu kan sudah global, mungkin sudah terlindas ikon popularitas yang sudah ada. Kalau ini ujug-ujug mau berkembang ya susah,” papar Remon.

Dia mengungkapkan, Paguyuban Beringharjo Center Lantai 2 dan 3 tidak terlalu mengandalkan platform daring tersebut.

“Kita nggak harapkan. Satu-satunya ya yakin kalau nanti pulih, Jogja itu perekonomiannya maju kalau sekolah dibuka, kuliah masuk lagi. Bandara, wisata dibuka lagi. Kalau nggak kita nggak bisa berharap,” tuturnya.

H-3 Idulfitri, Harga Cabai dan Bawang Putih di Pasar Beringharjo Naik

Remon menambahkan, satu-satunya yang mereka harapkan untuk membantu perekonomian para pedagang saat ini adalah pemotongan sewa toko sebesar 100 persen alias gratis.

“Satu-satunya yang kami harapkan pemotongan sewa itu. Mudah-mudahan dikabulkan,” imbuhnya.

Di situasi pandemi ini, para pedagang Pasar Sandang Beringharjo Lantai 2 dan 3 yang berjumlah sekitar 270 pedagang telah mendapat potongan sewa toko sebesar 75 persen.

Namun, dengan pemotongan itu paguyuban pedagang menilai belum mampu menutupi biaya operasional yang mereka keluarkan.

Pihaknya pun telah mengajukan usulan pemotongan sewa menjadi 100 persen kepada UPT Pusat Bisnis Pasar Beringharjo.

“Kami mengajukan 100 persen tidak membayar sewa. Tapi biaya lampu dan service charge (biaya perawatan pasar) masih kami bayar penuh. Harga sewa di sini termasuk mahal. Saat ini kami masih menunggu keputusannya,” papar Remon.

Remon menjelaskan, selama ini para pedagang masih membuka toko karena memikirkan nasib para karyawannya.

“Kami tidak ingin mereka sampai di-PHK. Kami juga mengikuti imbauan pemerintah agar tidak mem-PHK karyawan. Karyawan ada yang sudah bekerja bersama kami 10 tahun,” ungkapnya.

Dia menambahkan, sejauh ini banyak pedagang yang memberlakukan sistem sif kepada karyawannya. Namun, tidak sedikit juga pedagang yang terpaksa menutup tokonya.

H-7 Idulfitri, Aktivitas di Pasar Beringharjo Masih Lengang

Menanggapi usulan relaksasi biaya sewa, Kepala UPT Pusat Bisnis Pasar Beringharjo, Sri Riswanti sebelumnya mengatakan pihaknya masih dalam proses pengajuan usulan tersebut.

“Untuk relaksasi pembayaran sewa sudah diberikan keringanan untuk April dan Mei sebesar 75 persen. Untuk selanjutnya baru proses pengusulan kembali,” ungkap Sri.

Sementara, terkait lapak daring Pasar Beringharjo Sri berharap suatu hari hal itu dapat dikembangkan dan dimanfaatkan para pedagang.

Saat ini, dia mengakui bahwa aplikasi yang ada masih sebatas etalase daring, namun pihaknya pun mengupayakan untuk meningkatkan kulitasnya menjadi marketplace khusus Pasar Beringharjo.

"Saat ini sifatnya masih etalase, akan segera kami tingkatkan menjadi marketplace sehingga  Beringharjo segera akan memiliki lapak virtual," bebernya.

Menurut Sri, saat ini pihaknya sedang dalam proses mengembangkan lapak virtual Pasar Beringharjo dengan menghubungi provider yang akan mengembangkan aplikasi tersebut. "Belum bisa dipastikan kapan marketplace ini siap. Ini program jangka panjang," ucapnya.

Dengan membuat lapak virtual Pasar Beringharjo, dia berharap nantinya masyarakat dapat lebih mudah mencari kebutuhannya di Pasar Beringharjo secara daring.

"Jadi nanti mirip seperti marketplace yang sudah populer semisal Tokopedia, Shopee. Tapi khusus Pasar Beringharjo, tidak campur dengan yang lain," imbuh Sri. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkini