Laporan reporter Tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Rapid test masal di Kulon Progo, Rabu (20/5/2020) memasuki hari kedua.
Rapid Test yang notabene menyasar kepada para pedagang di beberapa pasar tradisional dan karyawan swalayan serta pengunjung ini, pada pelaksanaannya tetap disambut antusias oleh masyarakat.
Sama seperti hari sebelumnya, Rapid test ini dilaksanakan berpusat di lima lokasi berbeda yakni di Puskesmas Wates, Puskemas Sentolo 2, Puskesmas Pengasih 1 dibantu Puskemas Pengasih 2, Labkesda Dinkes Kabupten Kulon Progo dan Pasar Wates.
Namun kali ini ada kejadian unik terjadi pada penyelenggaraan Rapid test masal di Pasar Wates.
Pada saat pengambilan darah kepada salah satu pedagang di pasar tradisional tersebut, tiba-tiba yang bersangkutan meluluhkan air mata.
Bahkan sebelum jarum suntik menyentuh kulitnya, air mata pedagang tersebut sudah mulai menetes.
Dia pun sesenggukan seiringan dengan terkumpulnya darah di tabung sampel milikinya.
• UPDATE Terkini Virus Corona di Indonesia 20 Mei 2020: Melonjak 693, Kasus Positif Kini Jadi 19.189
Seusai pengambilan darah, pedagang yang mengaku berinisial S ini mulai menceritakan apa yang dia rasakan.
Bukannya takut akan jarum suntik yang digunakan untuk mengambil darahnya, namun ternyata dirinya takut dengan hasil tes yang akan diketahuinya.
"Takut jika hasilnya positif bagaimana," ujarnya sambil sesenggukan.
Dia mengakui bahwa dirinya takut karena sering melihat berita di televisi.
"Virus Corona itu menakutkan, jadi deg-degan," ujarnya.
Kendati sempat meneteskan air mata dan khawatir, S mengaku sudah lega setelah melakukan rapid test tersebut.
"Sekarang hanya tinggal menunggu hasilnya keluar sembari berdoa agar hasilnya negatif," ungkapnya.
• Awal Juni, Kementrian Agama Akan Umumkan Kepastian Nasib Pelaksanaan Ibadah Haji 2020
Sementara itu ternyata rasa takut yang sama juga dirasakan oleh seorang pedagang pasar lainnya yakni ES.
Dia mengaku selalu was-was saat berjualan atau beraktivitas selama pandemi Covid-19.
"Ya seneng bisa dikasih tes gratis kalau bayar sendiri kan mahal, tapi juga takut kalau positif nanti dijauhi sama orang-orang," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa selama ini interaksi yang dilakukannya di luar rumah hanya berjualan di pasar saja.
Tak bisa dipungkiri ia juga merasakan dilema diantara harus tetap membuka toko atau memilih tutup.
Pasalnya, berdagang merupakan sumber pemasukan utamanya bagi keluarga.
"Pengen tutup tapi kalau tutup ngga punya uang, kalau buka ya beresiko juga karena berinteraksi sama orang banyak. Dilema pokoknya mas," ungkapnya.
Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memutuskan untuk melaksanakan Rapid test masal yang dilaksanakan sejak Selasa (19/5/2020) hingga Rabu (20/5/2020).
Pada kesempatan ini pedagang di pasar tradisional, karyawan swalayan dan pengunjung menjadi target utama. (TRIBUNJOGJA.COM)