"Untungnya kami tak sampai kelaparan karena stok logistik masih mencukupi. Kami difasilitasi dan boleh menggunakan guest room jadi amanlah," terangnya.
Perempuan asal Desa Manding, Kabupaten Bantul ini pun bercerita mengenai keamanan di dalam kapal pesiar.
Menurutnya ia cukup beruntung, karena semenjak adanya Covid-19 muncul secara global, sudah dua bulan lebih kapal Carnival Splendor tak menerima tamu.
Meski tak menerima tamu, pembatasan sosial tetap dilakukan. Kebersihan kapal serta para crew kapal betul-betul diperhatikan.
"Sangat menjaga kebersihan. Semua tempat dibersihkan, kami juga berlakukan physical distancing di dalam kapal," urainya.
Saat ditanya siapa orang pertama yang ia ingat ketika di kapal pesiar, dengan mata sedikit berkaca-kaca ia menjawab suami dan anak-anaknya di rumah.
Keterbatasan akses berkomunikasi juga menyulitkannya memantau keluarga di rumah. Ia mengaku rindu dengan keluarga di rumah.
"Anak itu pasti, kedua orang tua dan suami. Saya benar-benar merindukan mereka di tengah pandemi seperti sekarang ini," ungkap Anita.
• Kata Ahli Epidemiologi UGM Tentang Transmisi Lokal Virus Corona di Yogyakarta
Jika sudah sampai di rumah apa yang hendak dilakukan?
Pertanyaan itu menurutnya hal yang menjengkelkan.
Karena berbeda jika dihari sebelumnya yang tanpa ada pembatasan fisik. Sesampainya di rumah nanti, Anita justru memilih untuk karantina mandiri selama 14 hari terlebih dahulu sebelum bertemu dengan anak-anaknya.
"Harus rela karantina mandiri dulu. Sudah disiapkan dari awal. Mau tidak mau harus ditahan dulu untuk bertemu dengan anak dan keluarga," pungkasnya. ( Tribunjogja.com | Miftahul Huda )