Kulon Progo

Sudah ada 71 Kasus, Dinkes Kulon Progo Waspadai DBD

Penulis: Andreas Desca
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Demam Berdarah

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kesehatan Kulon Progo, terus mewaspadai kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengalami peningkatan pada awal tahun 2020.

Yang mendasari kewaspadaan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo ternyata tidak hanya karena peningkatan kasusnya, namun karena sebaran DBD yang juga semakin meluas.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulon Progo, Baning Rahayu Jati, Rabu (11/3/2020) mengatakan bahwa kasus DBD di Kulon Progo saat ini sudah cukup tinggi, padahal saat ini belum mencapai puncak periode enam tahunan DBD yang jatuh pada 2022 mendatang.

“Awal tahun ini, sudah ada 71 kasus, ini cukup tinggi dan harus ditangani,” tegasnya.

Siklus 5 Tahunan DBD, Masyarakat Diminta Semakin Giat Lakukan PSN

Menurutnya, periodesasi kasus DBD di Kulon Progo, menggunakan pola enam tahunan.

Puncak kasus DBD yang lalu terjadi pada 2016 dan diprediksi akan kembali terulang di 2022.

Akan tetapi pada kenyataanya selama 2019, kasus DBD sudah diangka 259 kasus.

“Periode enam tahunan di 2016 dalam setahun itu hanya 128 kasus, sekarang sudah 71 ini perlu penanganan sedangkan pada tahun 2019 sudah ada 259 Kasus,” jelasnya.

Perhatian terhadap DBD, kata Baning, tidak lepas dari sebaran yang semakin meluas.

Saat ini bahkan sejumlah wilayah di Perbukitan Menoreh yang dulunya tidak terdapat kasus DBD, kini juga ditemukan kasus DBD.

Dia melanjutkan, selama ini DBD hanya terjadi di wilayah dataran rendah saja.

Tetapi pada awal tahun ini sudah terjadi kasus di perbukitan yang selama ini terbebas dari kasus DBD.

“Dulu DBD tidak pernah ada di Perbukitan, sekarang sudah ditemukan kasusnya,” jelasnya.

Super Gampang! Tutorial Make Up Khusus untuk Musim Hujan

Sebagai upaya pencegahan, dinas Kesehatan Kulon Progo pun telah melakukan foging di beberapa wilayah.

Beberapa wilayah tersebut yakni di Kapanewon Galur, Wates, Lendah dan di Temon.

Namun menurutnya, foging yang dilakukan bukan merupakan upaya membasmi nyamuk aedes aegypti, namun itu hanya memutus mata rantai penyebaran saja.

“Selama ini belum ada obat khusus DBD, obatnya ya obat demam tidak ada yang khusus,”jelasnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami menambahkan bahwa upaya pencegahan paling ampuh dalam melawan DBD adalah dengan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mandiri.

Adapun gerakan PSN tersebut yakni dengan mengubur, menutup dan menguras tandon air.

Menurutnya, hal tersebut penting untuk dilakukan, karena sampai saat ini belum ada wilayah di Kulon Progo yang memenuhi syarat bebas jentik.

“Kita akan terus sosialisasikan gerakan PSN, untuk pencegahan DBD,”jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkini