Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Tanggal 29 Januari 1950, Panglima Besar Jenderal Sudirman wafat di Kota Magelang.
Pada tanggal yang sama di tahun 2020 ini, di sebuah pesanggrahan di Jalan Ade Erma Suryani, Kota Magelang, yang menjadi tempat wafatnya sang panglima, (Kini Museum Sudirman), segenap warga dan generasi muda penerusnya, berkumpul mengenang wafatnya sang pahlawan dan memanjatkan doa bersama.
"Beliau telah berjasa besar terhadap bangsa ini. Panglima Besar Jenderal Sudirman, menderita penyakit TBC, saat dan setelah berperang gerilya melawan kolonial Belanda. Beliau wafat di sini, dan kita saat ini di sini, bersama-sama untuk mengenang jasanya, dan menggelar doa bersama," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang, Sugeng, Kamis (30/1/2020) saat doa bersama untuk Pangsar Jenderal Sudirman di Museum Sudirman, Kota Magelang.
• Penerimaan PAD dari PBB-P2 Tahun 2020 Kota Magelang Ditargetkan Meningkat Rp 6,1 Miliar
Doa bersama diikuti oleh segenap jajaran Disdikbud, anggota TNI, purnawirawan angkatan 45, dan Jamaah Kopdariyah di dalam kompleks Museum Sudirman.
Kembul Bujono digelar setelah doa dengan acara makan bersama tumpeng dengan sayur dan lauk ayam dan ikan di halaman belakang museum.
Sugeng mengatakan, peringatan wafatnya Panglima Besar Jenderal Sudirman ini dilaksanakan secara sederhana.
Meski begitu, pesan yang tersirat begitu kuat.
Lokasi doa bersama juga menjadi spesial karena dulu di tempat tersebut, Sudirman telah mengembuskan napas terakhirnya, pada 29 Januari 1950.
Tempat itu kini menjadi Museum Sudirman yang berisi memoar dan barang-barang peninggalan sang jenderal.
• 5 Tahap Mudah Tutorial Skincare Morning Routine, Jaga Kulit Wajah Agar Sehat Sedari Pagi
Beragam peninggalan Sudirman baik yang masih asli maupun replika ada di sini.
Barang peninggalan yang asli adalah tempat tidur, tempat mencuci jenazah Jenderal Sudirman saat wafat, dan sejumlah mebeler.
Ada juga foto-foto, replika baju dan tandu untuk mengusung sang jenderal saat berperang dahulu.
"Museum Sudirman ini dulunya adalah pesanggrahan beliau saat diperintah oleh Presiden RI Soekarno untuk istirahat setelah selesai perang gerilya. Sudirman istirahat di pesanggrahan ini sampai beliau meninggal dunia. Beliau wafat, karena memang menderita sakit tubercolosis yang diderita sejak sebelum melakoni perang gerilya,” katanya.
Dikatakan Sugeng, minat masyarakat mengunjungi Museum Sudirman masih cukup tinggi.
Terlihat dari jumlah pengunjung museum yang mencapai 5.000-6.000 orang setiap tahun.
• Kantor Baru Disporapar Kota Magelang Tempati Bangunan Peninggalan Hindia-Belanda
Berbagai kegiatan pun juga dilaksanakan di dalam museum ini.
"Kami akan mendorong agar museum ini dapat terus dikunjungi dengan melaksanakan kegiatan lain, sehingga generasi muda tetap dapat mengingat perjuangan para pahlawan dan meneladaninya," katanya.
Sementara itu, Pegiat sejarah dari Komunitas Kota Toea Magelang (KTM), Bagus Priyana mengatakan, doa bersama dan peringatan wafatnya Panglima Besar Jenderal Sudirman ini penting agar seluruh masyarakat tidak melupakan sejarah, betapa besar jasa dan perjuangan Jenderal Sudirman untuk bangsa dan negara.
“Peringatan ini penting untuk mengingat jasa-jasa Jenderal Sudirman bagi kemerdekaan RI. Kita punya aset berharga di Museum Sudirman ini yang perlu terus dikenalkan kepada generasi muda sekarang. Kami harapkan ada kegiatan ini terus dilaksanakan setiap tahun,” tuturnya. (TRIBUNJOGJA.COM)