Pernahkah Anda mendengar istilah magic mushroom? Jenis jamur ini bisa menyebabkan halusinasi alias memabukan.
Di Indonesia, magic mushroom juga kerap dijuluki sebagai jamur tlethong lantaran jamur ini biasa tumbuh pada kotoran sapi atau tlethong.
Nama ilmiah jamur tlethong ini yaitu Psilocybin.
Ia memiliki kandungan halusinogenik bernama psilocybin.
Di Indonesia, jamur ini dilarang.
Tak banyak yang mengetahui bahwa Psilocybin mushroom atau magic mushroom ini pun sudah masuk dalam tabel di Undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009.
Dalam tabel golongan satu di angka nomor 47 tertera nama psilosibina, di mana yang termasuk dalam kandungan itu adalah magic mushroom.
Hal itu karena kandungan dan efeknya tersebut, magic mushroom setara dengan ganja.
Reporter Tribun Jogja pernah mendatangi kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY, dan mendapati poster jenis-jenis bahan adiktif selain narkotika.
Satu di antara yang tertera pada poster tersebut adalah zat yang menimbulkan halusinasi yang berasal dari jamur kotoran sapi, kerbau dan kecubung.
Dalam poster itu tertulis bahwa zat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.
Selain itu zat yang terkandung dalam jamur kotoran hewan akan mengakibatkan perubahan pada proses berfikir, hilangnya kontrol, orientasi dan depresi.
Dilegalkan di AS
Mengutip Live Science, Senin (2/12/2019), FDA menyetujui psilocybin untuk digunakan dalam Psilocybin Therapy.
FDA menjelaskan bahwa terapi obat ini tengah berada di dalam masa percobaan klinis, dan disebut dengan Breakthrough Therapy.
Biasanya, obat untuk Psilocybin Therapy dipesan oleh perusahaan obat yang yakin bahwa psilocybin tersebut akan sangat berpengaruh dan menunjukkan peningkatan dari terapi-terapi depresi yang pernah ada.
Penelitian klinis terhadap psilocybin sebelumnya dilakukan oleh Compass Pathways sejak tahun lalu.
Psilocybin disinyalir bisa mengobati beberapa jenis depresi.
Psilocybin Treatment digunakan oleh pasien yang telah melakukan setidaknya dua jenis perawatan antidepresi yang berbeda.
Tahun ini, penelitian klinis terhadap psilocybin dilakukan oleh perusahaan Usona Institute.
Percobaan dilakukan terhadap 80 partisipan dari tujuh negara bagian berbeda di Amerika Serikat, berfokus pada pasien yang memiliki penyakit Major Depressive Disorder (MDD).
Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari 17 juta penduduk mengalami MDD atau depresi yang berlangsung lebih dari dua minggu lamanya.
Satu dosis psilocybin berefek langsung pada otak dan dinilai akan bertahan cukup lama untuk mengesampingkan gejala- gejala depresi.
Percobaan fase 2 akan dilakukan oleh Usona Institute pada awal 2021, dilanjutkan dengan percobaan fase 3 setelahnya.
“Data yang ada membuktikan bahwa psilocybin mengandung substansi klinis yang membawa perubahan dan perkembangan signifikan terhadap terapi depresi yang ada,” tutur Director of Clinical and Translational Research di Usona Institute, Dr Charles Raison sebagaimana dilansir kompas.com
Pada Maret 2019 lalu, FDA juga telah menyetujui penggunaan psilocybin dalam nasal spray depression treatment.
Produk yang digunakan adalah Esketamine, namun belum ada penelitian selanjutnya seberapa mujarab obat ini digunakan untuk antidepresi dalam jangka panjang. (*)