Supaya bisa jadi pemenang, maka pemain harus memiliki strategi dengan cara mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya.
Selain Isna, ada Alif Firmansyah yang ikut dalam permainan ini.
Murid SD Peni Palbapang itu mengaku senang bisa ikutan dalam lomba Dakon.
"Seneng, karena kalau di rumah saya juga suka main Dakon," ujar dia.
Sementara itu, Humas Director Holding History of Java Museum, Ki Bambang Widodo, mengatakan lomba Dakon yang kali pertama digelar itu diikuti oleh 2.000an peserta.
Mereka terbagi kedalam dua kategori, yakni pelajar dan umum.
Menurut dia, museum history of Java sebagai edukasi dan entertainment memang sengaja menggelar lomba Dakon.
Tujuannya untuk melatih karakter anak.
"Melalui permainan tradisional Dakon, akan melatih anak anak untuk terbuka, bersikap jujur, bekerjasama dan mengatur strategi handal," kata Ki Bambang.
Sebagai warisan adiluhung zaman dahulu, kata dia, permainan Dakon memiliki banyak manfaat terutama pada fungsi pelatihan. Di
antaranya dapat melatih anak untuk menumbuhkan sikap gotong royong, kerjasama dan komunikatif.
Sikap tersebut, menurut dia sangat penting dimiliki oleh anak-anak milenial.
Apalagi era kecanggihan teknologi, di mana anak anak saat ini lebih banyak menghabiskan waktu hanya berinteraksi melalui handphone.
Cenderung akan bersikap lebih egoisme dan individualisme.
"Dengan adanya lomba dakon paling tidak ada teman untuk berkomunikasi. Kita ingin membentuk karakter anak agar mereka jujur dan sportif. Itu harapan kami," terangnya. (*)