TRIBUNjogja.com SLEMAN -- Setelah sempat meletus disusul dengan mengeluarkan awan panas pada, Senin (14/10/2019), Gunung Merapi 'tenang' lagi.
Hal itu disampaikan oleh Kasi Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso.
"Kemarin telah terjadi letusan diiringi terjadinya awan panas letusan pukul 16.31. Memang cukup besar dibandingkan 22 September lalu."
"Dapat dilihat kolom asapnya tinggi mencapai 3km, sementara sebelumnya 800 meter saja,"katanya saat ditemui media dikantornya, Selasa (15/10/2019).
"Kejadian itu kejadian tunggal, setelah itu aktivitas Merapi kembali tenang. Kegempaan yang menandakan aktivitas tekanan sebanyak 6 kali, itu cukup rendah,"sambungnya.
Letusan yang cukup tinggi kemarin, diperkirakan mempengaruhi morfologi puncak, khususnya kubah lava.
Namun demikian, letusan tidak berpengaruh pada jalan bukaan awan panas, sebab pihaknya tidak mendapat laporan.
Lagipula hal itu bisa dilihat dari pos pengamatan dan masyarakat sendiri.
"Kemungkinan hanya kubah lava, kalau tebing puncak pasti kelihatan. Yang belum terkonfirmasi saat ini adalah kawahnya. Kemarin saat terjadi letusan, kamera kami yang dipuncak terkena lontaran dan langsung mati,"lanjutnya.
Ia mengungkapkan, setelah erupsi pukul 16.31, terjadi guguran awan panas pada pukul 20.19.
Hal itu terjadi karena masih ada akumulasi gas.
Meski demikian, status Merapi masih Waspada atau Level II.
Jika terjadi letusan, dan akumulasi cukup besar, sehingga membahayakan masyarakat, maka akan terlihat tanda-tanda. Untuk itu masyarkat tidak perlu panik, namun tetap waspada.
Menurut dia, Merapi dalam kondisi yang lebih tenang dari bulan sebelumnya.
Jika sebelumnya terjadi guguran yang menunjukkan erupsi di permukaan bisa puluhan, mulai September jauh lebih rendah, hanya 5 kali per hari.