Jika dilihat sekilas, bentuknya mirip punggung kura-kura.
Bahkan, ada yang menyebut kalau batu Angkek-angkek ini mirip seperti Hajar-Aswad yang ada di Ka’bah.
Menurut cerita Alfi, generasi ketujuh penjaga batu ini, batu tersebut pertama kali ditemukan oleh Datuak Bandaro Kayo saat akan memasang tiang rumah.
Ceritanya, Datuk Bandaro Kayo adalah kepala suku kaum Piliang.
Suatu hari, Datuk bermimpi didatangi Syech Ahmad.
Dalam mimpinya Syech Ahmad berpesan kepada Datuk Bandaro Kayo mendirikan perkampungan yang sekarang bernama Kampung Palangan.
Saat pemancangan tonggak pertama terjadi hal di luar kebiasaan.
Tiba-tiba saja saat itu terjadi gempa lokal.
Lalu disusul hujan dan panas selama 14 hari 14 malam.
Akibat peristiwa itu, masyarakat lalu mengadakan musyawarah.
Saat musyawarah, terdengar suara tak biasa berasal dari dalam lubang pemancangan tiang.
Suara tersebut mengatakan, kalau terdapat batu bernama 'Batu Pandapatan'.
Suara itu juga berpesan agar batu itu dijaga baik-baik.
Batu Pandapatan itu yang akhirnya dikenal dengan Batu Angkek-angkek ini.
Nah, jika Sobat Pesona penasaran dengan batu ramalan yang satu ini, bisa mengunjungi sebuah rumah gadang milik keturunan Datuak Bandaro Kayo di Nagari Tanjuang,
Batusangkar, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar.
Tidak ada pungutan biaya untuk mengangkat batu tersebut.
Namun, pengunjung bisa memberikan infak atau dana sukarela, atau bahkan membeli sebuah souvenir yang dijual di sana. (pesonaindonesia.kompas.com)