TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Peneliti dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menyebut, pemberlakuan tarif baru yang mulai diujicobakan oleh manajemen Gojek terhadap layanan Go Ride pada awal Mei lalu, tidak akan terlalu mengkhawatirkan bagi sebagian besar konsumen.
Wakil Kepala LD FEB UI, Paksi C K Walandouw mengatakan, dengan adanya ketentuan tarif batas bawah dan batas atas maka bisa dipastikan bakal ada kenaikan tarif baru bagi para konsumen.
• Hijab Tak Boleh Jadi Halangan Berprestasi
Sehingga, kenaikan harga cenderung akan berpengaruh jika konsumen memiliki jasa alternatif lain kalau betul digunakan.
Kenaikan harga yang diberlakukan tersebut akan membuat konsumen bisa memilih untuk menggunakan layanan transportasi lain jika harga tarif dirasa tidak lagi rasional.
"Respon konsumen dari tiap-tiap daerah bisa berbeda-beda, tergantung elastisitasnya. Contoh Jakarta, sebelum Gojek masuk kan pilihan moda transportasi lain sudah banyak, jadi ketika harga tidak lagi sesuai mereka bisa pilih alternatif lain," kata dia, Jumat pekan lalu.
• Riset LD FEB UI: Gojek Sumbang Rp 2,5 Triliun Terhadap Perekonomian DIY
Dengan demikian, Paksi menilai, ketersediaan barang substitusi lainnya atau moda transportasi alternatif menjadi penentu jika ingin melihat dampak pemberlakuan tarif baru tersebut.
"Kita juga menunggu hasil atau respon masyarakat bagaimana dan kita pikir sifat dari perubahan tarif tadi tetap sama dengan semua barang dan jasa, perubahan keseimbangannya akan tergantung dari elastisitasnya. Jadi kalau layanannya bagus maka tetap dipakai, tapi kalau substitusinya juga demikian bisa jadi akan beralih," ucapnya. (*)