Laporan Reporter Tribun Jogja, Santo Ari
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Cuaca cerah di kawasan Gunung Merapi mengiringi prosesi upacara adat Labuhan Merapi, yang dilaksanakan di Ngrangkah, dusun Kinahrejo, desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Minggu (7/4/2019).
Upacara ini diselenggarakan dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, setiap tanggal 29-30 rajab, atau ulang tahun kenaikan tahta raja, di mana tahun ini merupakan yang ke-31.
Rangkaian prosesi Labuhan Merapi diawali dengan tahapan Pasrah Srono, yakni penyerahan kelengkapan upacara seperti sesaji dan ubo rampe dari pihak Kraton Ngayogyakarta pada pemerintah kabupaten Sleman, dalam hal ini Camat Depok sebagai pintu gerbang Kabupaten Sleman.
Dari Camat Depok, sesaji kemudian diserahkan ke Camat Cangkringan yang merupakan kepala wilayah tempat dilaksanakannya upacara tersebut.
Ubo rampe tersebut kemudian diserahkan kepada juru kunci Merapi yang dalam prosesi ini bertugas sebagai pemimpin upacara.
Pelaksanaan upacara dimulai dari rumah juru kunci Merapi di mana kelengkapan upacara (ubo rampe) diinapkan di sini pada Sabtu (6/4/2019).
Terdapat 11 jenis ubo rampe yang akan dilabuh antara lain yakni Sinjang Limarang, Sinjang Cangkring, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati dan kampuh poleng ciut.
Ubo rampe labuhan tadi dimasukkan ke dalam sebuah peti.
Di malam harinya di rumah juru kunci, tempat ubo rampe diinapkan diadakan kenduri selamatan.
Kenduri ini dipimpin oleh seorang Rois, dengan memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan agar Sri Sultan dikaruniai keselamatan kesejahteraan untuk memberi pengayoman rakyat mataram dan kemakmuran negara.
Pagi harinya, Minggu (7/4/2019) sekitar pukul 06.00, ubo rampe labuhan dibawa ke tempat upacara dengan cara disonggo menggunakan tangan.
Setelah dibacakan doa dari juru kunci maka berangkatlah arak-arakan mendaki lerang Merapi.
Sampai di pos Sri Manganti, rombongan berhenti di sebuah batu besar yang disebut Sela Dhampit atau Sela Penganten.
Inilah lokasi labuhan Merapi.