Agung Sulap Limbah Botol Kaca jadi Alat Musik Berharga Mahal

Editor: iwanoganapriansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gitar hasil karya seniman asal Bandung, Agung Pecunk. Gitar tersebut terbuat dari botol kaca bekas

TRIBUNJOGJA.COM - Lmbah botol kaca kerap menjadi musibah bagi lingkungan. Namun di tangan Agung Pramudya Wijaya, limbah botol kaca menjadi hiasan interior dan alat musik yang tak ternilai harganya.

“Tak ternilai harganya karena ini barang seni,” ujar pria yang akrab disapa Pecunk, Kamis (8/2/2019).

Warga Bandung ini mengaku mulai berkreasi dengan limbah botol pada 2013. Saat itu, ia ingin membuat karya yang bisa bermanfaat buat orang lain.

“Waktu itu buat produk bukan berniat untuk jualan, tapi berkarya saja. Tidak berpikir jualan karena siapa yang bau beli,” ucapnya.

Setelah karyanya jadi, ia kemudian mempostingnya di media sosial. Rupanya ada temannya yang tertarik kemudian mengajak Pecunk pameran.

Agung Pramudya Wijaya atau Pecunk yang mengolah limbah botol kaca menjadi hiasan interior dan alat musik ()

Pecunk menolak ajakan sang teman, karena ia hanya iseng. Sang teman pun terus meyakinkan, hingga akhirnya dia ikut pameran yang digelar di Selaras, Taman Cibenying, Kota Bandung.

Saat menyanggupi, Pecunk kembali dibingungkan dengan harga dari produknya. Ia kemudian berkonsultasi dengan pebisnis lampu senior.

“Dia nanya saya mau jual berapa. Saya bilang Rp 600.000. Dia bilang, gila, murah banget. Itu harganya Rp 2 juta. Ini tuh bukan lampu, tapi karya seni” ucapnya menyepertikan obrolannya.

Namun, Pecunk tidak percaya diri dengan harga Rp 2 juta. Ia mengambil jalan tengah Rp 1,2 juta.

Saat pameran berlangsung, pentolan grup musik underground Cherry Bombshell ini merasa senang. Bukan karena karyanya paling laku terjual di pameran itu, melainkan ada desainer ternama yang beli karyanya.

Pecunk juga mengikuti pameran Trade Expo Indonesia. Dalam pameran itu didatangkan buyer dari 180 negara.

Salah satu buyer dari Amsterdam ingin membeli produknya. “Mereka tertarik beli tapi dalam jumlah ribuan. Saya enggak menyanggupi, selain nantinya bakal jadi mass product juga botolnya susah dicari,” tuturnya.

Agung memang menggunakan botol langka, seperti botol kimia ataupun botol dari klub malam. Untuk mendapatkan botol tersebut ia bekerja sama dengan bartender dan membelinya berkali-kali lipat dari harga pengepul.

Halaman
12

Berita Terkini