Dari 2 persen aspal yang diuji coba dengan campuran 10 persen karet bekas yang bervariasi ukurannya, kemampuan menahan bebannya meningkat menjadi 28 persen yaitu 478 kilopascal.
Maka, Ballast lebih bersifat mengikat dan bertambah kekakuannya.
"Jadi akan adaptif dengan tinggi beban yang diterima, dan bisa menambah jumlah penumpang kereta yang dibawa serta menambah beban batu bara yang dibawa oleh kereta api," jelasnya.
Lanjut dia, semakin kuat jalan relnya maka semakin tinggi kecepatan kereta.
"Sehingga penelitian ini menjadi penengah dengan memanfaatkan Ballast meski tidak harus meningkatkan kecepatan 400 km/jam, tetapi meningkat dari 70 km/jam hingga 200 km/jam," ucap Dian.
Dalam waktu dekat setelah penelitian ini selesai, bahan aspal bercampur karet bisa dipatenkan dan bisa diperkenalkan ke publik.
“Harapannya teknologi ini bisa dipatenkan dan segera dipublikasikan secara umum di Indonesia. Kedepannya penelitian ini akan terus dilanjutkan sehingga UMY bisa menjadi pioneer perkembangan kereta api di Indonesia khususnya jalan relnya,” kata dia. (*)