Fenomena Kubah Lava Gunung Merapi dan Dampak yang Ditimbulkan

Editor: iwanoganapriansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Merapi yang berada di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah

Susan W. Kieffer, seorang ahli vulkanologis dan geologi mengatakan bahwa erupsi Gunung Merapi dapat jauh lebih berbahaya daripada erupsi yang terjadi di Hawaii.

Magma dalam perut Gunung Merapi berisikan gas. Akibatnya, ketika magma tersebut menemukan saluran untuk mencapai permukaan, magma dapat membentuk kubah vulkanik. Kubah tersebut akan terus tumbuh hingga akhirnya runtuh karena terlalu berat.

Apabila hal tersebut terjadi, gas panas, abu, dan material kubah akan bercampur dan membentuk lumpur yang bukan hanya sangat panas, tetapi juga berbahaya.

Selain tumpahan materialnya, abu vulkanik yang diciptakan juga berbahaya. Bukan hanya pada kesehatan makhluk hidup, abu vulkanik juga mengancam dunia penerbangan.

Dikutip dari Livescience pada Senin (27/8/2018), partikel abu yang membentuk awan akan meleleh ketika berhadapan pada suhu mesin pesawat. Partikel tersebut kemudian menempel pada baling-baling turbin dan terus menumpuk. Hingga pada akhirnya, tumpukan pertikel tersebut dapat membuat mesin pesawat berhenti sepenuhnya.

Dampak pada Iklim

Ketika gunung berapi meletus, karbon dioksida yang keluar dari perut magma akan menyebabkan suhu bumi meningkat. Namun, di sisi lain, material seperti abu dan belerang justru memberikan efek sebaliknya. Material tersebut justru mendinginkan bumi karena mampu memantulkan sinar matahari.

Gas dan partikel debu yang dilemparkan ke atmosfer selama letusan gunung berapi akan mendinginkan planet dengan menghindari radiasi matahari yang datang.

Efek pendinginan dapat berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung pada karakteristik letusan. Partikel-partikel kecil ini sangat ringan sehingga mereka dapat tinggal di stratosfer dan menghalangi sinar matahari.

Selain gas dan partikel debu, seringkali letusan gunung berapi juga melontarkan sulfur dioksida ke atmosfer. Sulfur dioksida jauh lebih efektif daripada partikel abu saat mendinginkan iklim.

Sulfur dioksida bergerak ke stratosfer dan bergabung dengan air untuk membentuk aerosol asam sulfat.

Asam sulfat yang membentuk kabut di stratosfer akan memantulkan kembali radiasi matahari yang masuk dan menyebabkan pendinginan permukaan Bumi. (Mar'atus Syarifah/NGI)

Berita Terkini