Aktivitas Merapi

Terus Bergejolak, Ada Apa dengan Merapi?

Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Merapi dari Pos Balerante, Jumat (11/8) pagi

TRIBUNJOGJA.COM - Erupsi susulan terjadi pada Selasa (22/5/2018) pukul 01.47 WIB, di mana tinggi kolom asap mencapai 3500 meter, condong ke arah barat, dengan durasi 3 menit.

Senin (21/5/2018) telah terjadi tiga kali letusan freatik, dan peningkatan status dari normal ke waspada per pukul 23.00 WIB.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan Gunung Merapi?

Kepala Seksi Gunung Merapi, Agus Budi Santoso menyampaikan secara teknis apa yang sedang terjadi di dalam Gunung Merapi, melalui siaran langsung di Twitter resmi @BPPTKG, Senin (21/5/2018) sekitar pukul 23.25 WIB.

Data seismik yang tampak di layar pantau BPPTKG, menunjukkan adanya aktivitas gempa vulkanik.

Menurut Budi, gempa vulkanik yang terjadi di Gunung Merapi kemungkinan karena adanya tekanan yang cukup tinggi, setelah letusan freatik.

"Karena melebihi dari tekanan litostatik batuan, jadi batuannya patah. Kemudian terjadi getaran, semacam gempa tektonik. Namun karena terjadi di gunung api, maka disebut volcano tectonic," jelasnya.

Setelah gempa vulkanik terjadi Senin (21/5/2018), lalu diikuti gempa tremor.

Gempa ini terkait dengan dinamika fluida yang ada di dalam, artinya ada dinamika yang meningkat dari biasanya, sebelum letusan freatik terakhir.

Apa penyebab peningkatan tekanan di Gunung Merapi?

"Peningkatan tekanan ini bisa karena adanya suplai magma yang semakin menekan, mungkin bukan magma yang sampai ke permukaan, tapi fase gasnya yang lebih dulu ke permukaan," ungkap Budi di depan awak media.

Budi membenarkan kemungkinan adanya pergerakan magma di dalam Gunung Merapi, namun pihaknya belum bisa memastikan di mana posisi magma saat ini.

"Yang terekam dalam tremor ini adalah adanya pergerakan fluida, yang bisa berupa gas ataupun magma," katanya.

Sebelum nantinya terjadi letusan magmatik, Budi menjelaskan biasanya akan ada tanda-tanda yang ditunjukkan dari aktivitas Merapi, layaknya letusan magmatik yang pernah terjadi tahun 2001, 2006, dan 2010.

"Biasanya saat letusan, atau sebelum munculnya kubah lava, selalu diikuti oleh peningkatan aktivitas kegempaan maupun deformasi," jelasnya.

Halaman
12

Berita Terkini