Menurut Suratmi, mie lethek umumnya digoreng atau rebus.
Bumbu dasarnya sama diuleg sampai halus terlebih dahulu lalu mie masak.
Ketika sampai di lidah, rasa bumbu begitu kuat.
Lalu mie, meski tampak kusam tapi rasanya tidaklah kusam. Yang ada, mie empuk dan lezat di mulut.
Suratmi sendiri meskipun sudah puluhan tahun memasak dan makan mie lethek mengaku tak pernah bosan mengkonsumsi mie lethek.
Ia akan terus masak mie lethek. Karena menurut dia, mie lethek yang punya cita rasa khas selalu enak untuk dinikmati dan dalam situasi seperti apapun.
Seperti sudah jadi makanan sehari-hari, olahan mie lethek ini akhirnya menjadi primadona warga Srandakan. "Semua ibu-ibu di sini bisa memasak mie lethek karena memang gampang dan bumbu nya sederhana. Apalagi kalau malam hari, pasti banyak yang memasak mie lethek," katanya.
Baca: Serunya Festival Mie Lethek Lopati di Bantul
Kepala Dukuh Lopati, Sutiyem mengaku jika mie lethek ini memang menjadi makanan sehari-hari warganya dan juga mayoritas warga Srandakan pada umumnya.
Tapi seakan tak ingin berhenti sampai di sini, ia ingin semakin mengenalkan mie lethek ini kepada banyak orang.
"Salah satunya melalui festival mie lethek yang baru kita gelar pertama kali ini. Melihat antusiasme pengunjung yang begitu besar, akan kami gelar tahun mendatang. Jika memungkinkan akan kita gelar secara rutin tiap tahunnya supaya mie lethek ini makin dikenal banyak orang," kata Sutiyem.
Untuk menambah daya tarik mie lethek, beberapa warga utamanya kaum ibu-ibu kini mulai berinovasi terhadap olahan mie lethek.
Baca: Dusun Lopati Bantul Gelar Festival Mie Lethek, Ada 1000 Porsi Gratis yang Disediakan oleh Warga
Jika sebelumnya mie biasa ditambahi sayur kol, kini mulai dibuat mie lethek dengan campuran daun kelor dan daun katu yang baik untuk kesehatan.
Tapi Sutiyem menyebut cita rasa asli mie akan tetap terjaga karena bahan utama mie berasal dari tiga pabrik yang sama di daerah Srandakan.