Bank Sampah di Kulonprogo Mencapai 100 Unit

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatihan ecobrick dalam peringatan HPSN 2018 oleh Paguyuban Yogyakarta Green and Clean (YGC) di kawasan wisata mangrove Jangkaran, Temon, Minggu (18/2/2018).

TRIBUNJOGJA.COM - Keberadaan bank sampah di Kulonprogo hingga saat ini belum optimal mereduksi jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS).

Hal itu memerlukan perubahan pola penanganan sampah sejak dari tingkat hulu yakni di lingkungan masyarakat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulonprogo, Suharjoko mengatakan, jumlah bank sampah di Kulonprogo saat ini mencapai 100 unit, baik yang masih aktif maupun yang mati suri.

Idealnya bank sampah bisa mengurangi kubikasi sampah hingga 30-50 persen dari total sampah terproduksi di Kulonprogo sebelum dikirim ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Banyuroto, Nanggulan.

Adapun produksi sampah terbanyak dari wilayah Kecamatan Wates dan Pengasih di mana masing-masing bisa menghasilkan hingga 100 meter kubik sampah per hari.

"Saat ini reduksi sampah dari bank sampah baru di kisaran 10 persen saja. Ini masih cukup kecil dan masih lebih banyak sampah yang masuk ke TPAS," kata Suharjoko di sela peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 bersama paguyuban Yogyakarta Green and Clean (YGC) di kawasan wisata hutan mangrove Wanatirta, Desa Jangkaran, Temon, Minggu (18/2/2018).

Penanganan dan pemilihan sampah sejak dari tingkat hulu menurutnya menjadi langkah paling tepat untuk mengurangi sampah.

Rumah tangga terlebih dulu memilah sampah yang bernilai ekonomis dan bisa didaur ulang serta dibentuk bank sampah hingga tingkat pedukuhan dan mengelola material yang ada. 

Edukasi terhadap komunitas ibu rumah tangga perlu digencarkan agar bisa mengelola sampah.

Dengan demikian, material yang dikirim ke TPAS adaah benar-benar residu sehingga tidak banyak gunungan sampah di tempat tersebut.

Sekaligus, mempertahankan usia pakai TPAS Banyuroto yang luasanya hanya 2,6 hektare saja.

"Kapasitas tampung di sana sudah mau habis. Makanya, kami mati-matian minimalkan jumlah sampah yang masuk sehingga ada pengurangan timbunan sampah di sana," jelas Suharjoko.

Berita selengkapnya dapat dibaca di Harian Pagi Tribun Jogja edisi 19 Februari 2018. (*)

Berita Terkini