“Dulunya juru smash justru sekarang malah sering menerima smash dari lawan,” ujarnya.
Diakui olehnya, masa adaptasi posisi baru dalam waktu singkat bukanlah hal yang mudah, apalagi beban mewakili Yogyakarta di ajang Kejurnas.
Menurut Slamet, waktu pelaksanaan Kejurnas di Bogor, Yogyakarta menjadi tim unggulan, namun akhirnya harus menerima kenyataan tersingkir dan tak masuk empat besar.
“Kegagalan di Kejurnas membuat saya sempat down, merasa bermain kurang maksimal. Bahkan saya sempat tidak latihan karena meratapi kegagalan tersebut,” ujar pemain yang memiliki tinggi 175 cm ini.
Tak ingin terus meratapi kegagalan, Slamet justru membuktikan bahwa ia tak menyianyiakan kesempatan yang diberikan oleh pelatih.
Pada ajang Pra Pon dan PON 2011, Slamet kembali memperoleh kepercayaan mewakili DIY.
Bahkan setelah sempat frustasi karena masa adaptasi posisi baru sebagai libero, ia tebus lunas sebagai libero terbaik DIY 2012/2013. (TRIBUNJOGJA.COM)