Di sisi lain, prosesi membawa perlengkapan tidur tersebut juga menjadi cara warga untuk nyicil pindah menghindari bulan Suro yang sebentar lagi akan dijelang.
Dalam kepercayaan warga, Suro adalah bulan yang sakral sekaligus terlarang untuk menggelar hajat, termasuk pindah rumah.
Maka itu, mumpung belum masuk Suro, warga sudah nyicil dulu memindahkan perabotan seperti lemari, bufet, perlengkapan tidur, dan lainnya ke rumah baru tersebut.
"Bangun rumah juga ngga boleh di Bulan Suro. Kalau cuma nerusin sih boleh. Warga resminya pindah tanggal satu bulan Sapar atau Oktober mendatang," kata Jemikem.
Warga lainnya, Sukarjo dari Desa Jangkaran, Suro sangat disakralkan masyarakat Jawa dan warga enggan pindahan saat bulan tersebut.
Maka itu, warga lantas nyicil memindahkan barang-barangnya sejak sekarang.
Terutama perlengkapan tidur walaupun belum keseluruhannya.
Sehingga, jika di kemudian hari ada upaya pengosongan paksa dari pemrakarsa pembangunan bandara, mereka tidak kerepotan serta bisa tenang secara batiniah meski harus pindah saat Suro.
"Orang Jawa kepercayaannya nyingkiri Suro (menghindari bulan Suro) untuk pindahan. Setelah (kenduri selamatan) ini, nanti malam saya akan mulai usung-usung barang ke rumah relokasi. Mungkin dua malam selesai dan langsung ditempati. Saya juga sudah mulai nginep di rumah baru semingguan belakangan," kata Sukarjo.
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo dalam kesempatan yang sama mengatakan, kenduri selamatan dan proses membawa perlengkapan tidur ke rumah baru itu sebagai pertanda warga sudah mulai pindah menempati hunian barunya.
Jika sudah nyicil pindahan dengan mengusung perabotan dari rumah lama, diharapkan warga bisa lebih siap secara mental psikologis untuk tinggal di rumah baru.
"Hari ini saya nyatakan warga sudah resmi mulai pindah ke rumah relokasi, ditandai dengan usung-usung kloso, bantal, dan sapu gerang. Warga sudah berdoa semoga hidupnya lebih tenang dan ayem tentrem di rumah barunya," kata Hasto.
Dia menyebut, dari 279 rumah relokasi yang dibangun, sekitar 170 unit di antaranya sudah layak huni karena sudah beratap, berpintu, dan bersarana MCK.
Warga lain diharapkannya juga mulai melakukan pemindahan barang atau secepatnya menyelesaikan pembangunan rumah.(TRIBUNJOGJA.COM)