Pohon Raksasa di Kawasan Yogyakarta

Woww! Pohon Super Jumbo di Sleman Ini Konon Ada Sejak Mataram Kuno, Ini Mitos-mitosnya

Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pohon Randu Alas di Turi Sleman

Laporan Reporter Tribun Jogja, Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tak banyak pohon-pohon tua yang berukuran raksasa tersisa di wilayah Yogyakarta.

Satu yang masih ada dan menyelipkan mitos luar biasa adalah sebuah pohon randu alas (Bombax ceiba) yang di Dusun Kawedan, Bangunkerto, Turi, Sleman.

Mau tahu betapa supernya ukuran pohon ini?

Anda bisa melihat foto-foto pelengkap berita ini. Atau bila penasaran, datang saja ke komplek pemakaman tua di Dusun Kawedan, di lereng selatan Merapi yang berhawa sejuk.

Warga Kawedan menyebut pohon Super Jumbo itu dengan sebutan Randu Gumbolo, yang berarti randu yang besar.

Dalam khasanah sejarah kuno, pohon randu alas ini dianggap suci oleh kaum Hindu. Pohon ini biasa ditanam di dekat tempat yang disucikan.

Pohon randu alas di Kawedan ini tingginya lebih kurang 20 meter dari permukaan tanah hingga pucuk tertingginya. Lingkar keliling pohon di bagian kaki mencapai 11 meter.

Sedangkan pada ketinggian enam meter dari permukaan tanah, diameter pohon lebih kurang tiga meter.

Seorang manusia dewasa ketika berdiri di kaki pohon randu alas ini terlihat jadi begitu mungil. Bagian kaki batang dan akar-akarnya terlihat sangat kokoh mencengkeram tanah.

Dilihat dari besarnya ukuran pohon ini, dipastikan umurnya puluhan atau bahkan bisa ratusan tahun.

Legenda yang masih kerap dibicarakan warga Kawedan, pohon itu ditanam di zaman peradaban Mataram Hindu (Mataram Kuno). Lokasi penanaman randu alas itu diyakini dihuni masyharakat Hindu dari luar Mataram (Yogyakarta).

Makam yang ada di sekitar pohon pun juga merupakan kuburan lawas, yang terakhir digunakan pada 1967. Sesudah itu tak ada lagi penduduk Kawedan dimakamkan di pemakaman umum itu.

Menurut Kirjo (64), Ketua RW dan tokoh Dusun Kawedan, ketika ia kecil, pohon itu sudah menjulang tinggi dan besar. Sehingga ia tidak tahu persis kapan pohon itu mulai tumbuh atau ditanam. Leluhurnya pun menurut Kirjo berasal dari Lamongan, Jatim.

Menurut Kirjo, nama Kawedan sesungguhnya banyak dipengaruhi agama Hindu. Kawedan berasal dari Weda, kitab suci ajaran Hindu.

Hikayat toponimi Kawedan yang berunsur Hindu itu yang memperkuat keyakinan randu alas itu peninggalan masyarakat Hindu di Mataram Kuno.

Kirjo yang lahir dan tumbuh besar di Kawedan, merunut cerita leluhurnya, pohon randu alas itu tumbuh setelah peristiwa Mahapralaya letusan gunung Merapi pada 1006.

Petaka hebat itu dipercaya memicu perpindahan pusat Hindu di Mataram ke arah timur, ke Kediri.

"Dulu waktu saya kecil pohon randu gumbolo sudah berukuran seperti itu, selain itu dulu sering ada orang yang bertapa di bawah pohon tersebut selama berhari-hari. Namun kini sudah jarang. Menurut cerita sesepuh, dulu di pohon tersebut juga pernah terdapat pusaka," kata Kirjo ditemui di rumahnya Kamis (2/6/2016).

Kisah mistis pohon randu alas raksasa yang masih menyatu di ingatan warga Kawedan, salah satu dahan besar pohon itu pernah tiba-tiba patah meski tak ada hujan tak ada angin. Peristiwa itu sangat mengejutkan warga sekitar pohon.

Kisah lain, menurut Sekar, putri Kirjo, dulu jika tidak uluk salam atau permisi minta izin, siapapun yang berfoto di dekat pohon itu hasilnya tak pernah cemerlang. Ada saja masalahnya.

"Pernah terjadi pada mahasiswa KKN di dusun ini pada 2012," kata Sekar.

Lepas dari ceria-cerita mistis dan legenda seperti ini, keberadaan pohon raksasa yang akarnya menyebar ke mana-mana ini dipercaya membuat lestari sumber-sumber air di Kawedan.

Sekarang masih tersisa 9 mata air dari puluhan sumber bertahun-tahun lalu.

Ada Sumber Wongso, Sumber Tulus, Sumber Munggur, Sumber Kluthuk, Sumber As'ari, Sumber Karto, Sumber Nyamplung, dan Sumber Trimo. Sembilan sumber mata air tersebut tidak pernah surut meski musim kemarau.

"Selain sebagai ikon Dusun Kawedan, semoga randu gumbolo ini dapat menjadi objek wisata sehingga bisa menjadi sarana memberdayakan masyarakat," harap Kirjo.

Potensi wisata yang bisa dikembangkan dari keberadaan pohon raksasa itu memang cukup besar, jika digabung dengan wisata agro Turi. Lokasinya mudah dijangkau. Dari dari Kota Yogya bisa dicapai melalui Jalan Palagan.

Di pertigaan Pulowatu belok kiri hingga mencapai Balai Desa Bangunkarto di tepi jalan. Setelah itu ada perempatan jalan agrowisata belok kiri.

Dari Jalan Agrowisata, siapapun sudah bisa melihat dengan jelas pohon randu alas yang tinggi menjulang.(Tribunjogja.com)

Berita Terkini