Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Juru kunci Gunung Merapi, Ki Asih Surakso Hargo, mengatakan selain untuk ikut melestarikan budaya, upacara labuhan Merapi memberikan makna keselerasan manusia dengan alam yang tidak terpisahkan.
Labuhan sendiri dapat dimaknai sebagai pendekatan diri kepada Tuhan yang telah menganugerahkan hidup dan alam yang terus dimanfaatkan oleh manusia.
“Selain itu perjalanan menapaki lereng Merapi yang berat dan melelahkan bisa dimaknai bahwa setiap manusia yang ingin meraih kesuksesan harus bekerja keras dan tak gampang menyerah,” papar Ki Asih, Selasa (19/5/2015).
Pada penyelenggaraan tahun ini, ubo rampe labuhan Merapi yang disemayamkan di Balai Labuhan Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan dikirab dengan menggunakan mobil jeep yang biasa digunakan untuk wisata Lava Tour di kaki Gunug Merapi dari kantor kecamatan setempat. Ubo rampe tersebut dikawal oleh bregada yang ikut dalam rombongan kendaraan berpenggerak empat roda tersebut.
Adapun isi ubo rampe antara lain Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang (Sinjang Limar), Semekan Gadung Melati, Desthar Doro Muluk, Peningset, Ses Wangen(Sekarkonyoh 1 kantong), Arto Tindeh serta Kambil Watangan. (*)