Sabdaraja Sri Sultan HB X

Keluarga Keraton Kaget Mengetahui Isi Sabdaraja Sri Sultan HB X

Penulis: had
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamenkubuwono X di Bangsal Kencana, Jumat (6/3/2015) mengeluarkan sabdatama.

TRIBUNJOGJA.COM - Dikeluarkannya Sabdaraja oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengisyaratkan perpecahan di internal Keraton semakin meruncing. Acara adat dilaksanakan di Siti Hinggil yang merupakan tempat sakral untuk penobatan Raja juga tak dihadiri seluruh kerabat keluarga.

Menurut penuturan seorang kerabat Keraton yang hadir dalam acara adat tersebut, dirinya tidak menyangka bahwa Sultan akan mengeluarkan Sabdaraja yang berisi mengenai perubahan gelar yang adalah paugeran.

“Sebenarnya sudah empat hari lalu direncanakan. Info awalnya hanya Ngarso Dalem mau mengeluarkan Sabda. Tapi saya enggak tahu kalau isinya seperti itu,” katanya.

Ia juga mengungkapkan, sebenarnya acara digelar pukul 09.00 wib, namun ada sejumlah kendala seperti sesajen yang belum lengkap. Setelah dilengkapi, akhirnya baru terlaksana pukul 10.00 wib.

Menurutnya, sesaat sebelum Sultan akan membacakan Sabdaraja, dari mimik wajahnya mengisyaratkan ada beban. Begitupula sesaat sesudah membacakannya.

“Sebelum membacakan Sabdaraja, beliau (Sultan) duduk lama dan diam menunggu sesuatu sekitar 10 menit. Tapi pembacaan Sabdaraja enggak ada lima menit,” katanya.

Setelah prosesi pembacaan Sabdaraja, selanjutnya Sultan memberikan penegasan mengenai isi dari Sabdaraja itu di Keraton Kilen. Di antaranya mengenai penyempurnaan simbol keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

“Kata beliau, Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun telah meninabobokkan Keraton Yogya selama ini,” ujarnya menirukan ucapan Sultan.

Namun dirinya belum bersedia menjelaskan secara lebih lengkap mengenai makna isi Sabdaraja sesuai penjelasan Sultan. Menurutnya, banyak poin yang dinilai akan memperkeruh suasana.

Saat ditanya mengenai sikap keluarga, salah satu Dewan Keluarga ini mengatakan, dalam waktu dekat akan ada musyawarah mengenai hal ini. Terlebih, ada perubahan paugeran yang sudah ada sejak Hamengku Buwono I.

“Beliau bersabda kan pribadi, nanti dewan keluarga akan bersikap. Tapi kalau beliau enggak peduli keluarga ya enggak tahu. Lha paugeran saja diterjang kok,” katanya.

Sementara itu, GBPH Prabukusumo saat dimintai tanggapan mengenai alasan ketidakhadirannya dalam prosesi tersebut, dirinya masih belum bersedia banyak berkomentar. “Lha kalau acaranya enggak jelas?,” ujarnya.

Ia juga belum bersedia memberikan tanggapan mengenai isi Sabdatama. Meskipun dirinya tidak hadir, menurutnya hal ini memiliki efek yang besar. Baik di internal Keraton maupun masyarakat luas.

“Sangat, sangat, sangat sensitif,” katanya.

Penghageng Tepas Pengulon, KMT H Abdul Ridwan yang hadir dalam prosesi tersebut, mengutarakan bahwa dirinya belum bersedia banyak berkomentar, karena khawatir jika nantinya salah menafsirkan isi Sabdaraja.

“Nanti saya mau ketemu beberapa rekan, nanti kita mau membahas mengenai sebenarnya apa yang dikersake Ngarso Dalem dengan adanya perubahan itu (gelar),” katanya. (*)

Berita Terkini