Dubes Australia Temui Sri Sultan HB X, Dorong Kerja Sama Pendidikan dan Pariwisata Yogyakarta
Pertemuan membahas penguatan hubungan bilateral, terutama di bidang pariwisata, pendidikan, dan kolaborasi kebudayaan.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
"Pak Gubernur juga menyampaikan keinginan untuk memperluas kerja sama, khususnya dalam bidang teknologi, agar ada program-program pelatihan, terutama pendidikan D3, untuk programmer dan sejenisnya, yang bisa dikerjasamakan dengan Australia."
Imam juga merinci dialog terkait upaya mendatangkan lebih banyak wisatawan Australia ke Yogyakarta, serta gagasan agar rute penerbangan komersial dari Australia dapat menempatkan Yogyakarta sebagai titik transit.
"Tidak secara khusus beliau menyampaikan, tetapi beliau memastikan akan membantu terkait pengembangan pariwisata, khususnya dalam mendatangkan wisatawan dari Australia ke Yogyakarta."
Soal gagasan transit maskapai Australia, Imam menyampaikan bahwa khusus, Sri Sultan HB X menyampaikan ide agar salah satu maskapai swasta Australia, ketika melakukan perjalanan ke utara, bisa transit di Yogyakarta. Ide ini disambut baik oleh Dubes Australia.
Ketika ditanya apakah gagasan itu akan dilanjutkan, Imam menegaskan langkah berikutnya.
"Nantinya ini akan dikomunikasikan dengan Kementerian Perhubungan RI untuk memastikan hal tersebut bisa terwujud. Memang butuh waktu yang cukup lama."
Imam juga menilai efektivitas bila rute transit itu terwujud.
"Kalau itu bisa terwujud, akan sangat efektif. Wisatawan mancanegara dari Australia ke Indonesia jumlahnya sekitar 2 juta orang per tahun, sementara ke Jogja hanya ribuan, bahkan belum sampai," kata dia.
"Selama ini mereka biasanya melakukan interline dari Bali ke Jogja. Akan sangat baik bila ada penerbangan yang, walaupun transit, membawa mereka langsung dari Australia ke Yogyakarta. Dari Yogyakarta, mereka bisa menyebar ke destinasi lain di Indonesia karena letaknya strategis di tengah," katanya.
Adapun penerbangan langsung (direct flight) dari Australia ke Yogyakarta hingga kini belum tersedia.
Mengenai kota asal yang paling memungkinkan untuk rute langsung, Imam menyinggung kemungkinan di luar Victoria.
"Kalau untuk sister province, kita memang dengan Victoria. Tapi untuk penerbangan langsung dari Victoria, sepertinya belum. Mungkin lebih memungkinkan dari kota-kota lain yang selama ini jadi titik keberangkatan, seperti Sydney."
Soal tenggat waktu realisasi rute dan prioritas pariwisata, Imam menegaskan bahwa saat ini fokus DIY masih mengoptimalkan kedatangan wisatawan dari negara-negara tetangga yang jumlahnya lebih besar.
"Belum tahu. Dari sektor pariwisata, kita masih fokus mengoptimalkan kedatangan wisatawan dari Malaysia dan Thailand karena jumlahnya paling banyak. Untuk Australia, jumlahnya belum sampai puluhan ribu, dan umumnya mereka datang lewat Bali."
Ia menambahkan bahwa pengaturan transit bukan hanya masalah usaha promosi, tetapi juga memerlukan izin dan kebijakan dari otoritas penerbangan.
"Kalau ini bisa diupayakan, tentu Kementerian Perhubungan harus memberikan kebijakan dan izin yang diperlukan," pungkasnya. (*)
DIY Raih Tiga Kategori Penghargaan di Smart Province 2024, Kolaborasi Pemerintah–Swasta Ditekankan |
![]() |
---|
Pemda DIY Perkuat Ketahanan Pangan melalui Lima Strategi Utama |
![]() |
---|
Pemangkasan Subsidi Rp6,8 Miliar, Bus Trans Jogja Berpotensi Kurangi Jalur dan Jam Operasional |
![]() |
---|
Indonesia–Australia Rintis Proyek AI di Jogja, Siapkan Anak Muda Jadi Kreator Teknologi |
![]() |
---|
Enam Embung Baru Diusulkan untuk DIY, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.