Tingkatkan Pembibitan Sapi, Gunungkidul Gandeng Kerja Sama UGM dan Universitas Yamaguchi Japan
Program ini difokuskan pada peningkatan manajemen perbibitan sapi dan ditujukan bagi para dokter hewan serta inseminator di Kabupaten Gunungkidul.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul bekerja sama dengan Universitas Yamaguchi Jepang dan Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam bidang peternakan.
Program ini difokuskan pada peningkatan manajemen perbibitan sapi dan ditujukan bagi para dokter hewan serta inseminator di Kabupaten Gunungkidul.
"Tujuan utamanya yakni mendukung kesejahteraan peternak melalui teknologi reproduksi sapi yang lebih baik," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Wibawanti Wulandari, Rabu (2/7/2025).
Ia menambahkan sektor peternakan di Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi besar dalam mendorong pembangunan ekonomi masyarakat.
"Maka dari itu, adanya ini kami optimisme terhadap kelanjutan kerja sama dengan Universitas Yamaguchi dan FKH UGM untuk program-program pengembangan peternakan lainnya di masa depan," tuturnya.
Dia menambahkan kerja sama yang sudah dijalin sejak 2 tahun lalu melalui program sinkronisasi estrus pada pengembangbiakan pedet menunjukkan tren positif.
Hasilnya menunjukkan tingkat kebuntingan sebesar 36 persen dan 33 persen untuk masing-masing tahun.
"Capaian signifikan ini juga termasuk kelahiran 107 pedet dari kegiatan sinkronisasi estrus. Jika dikonversi dengan estimasi harga pedet Rp10 juta per ekor, maka potensi pendapatan peternak dari program ini mencapai Rp1,07 miliar," ujarnya.
Selain itu, terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas inseminator dan dokter hewan. Melalui program ini, juga terjadi peningkatan pengetahuan tentang sinkronisasi estrus FTAI sebesar 60,7 persen, peningkatan keterampilan penggunaan metode FTAI sebesar 64,3 persen, Peningkatan keterampilan penggunaan USG sebesar 57,1 persen.
Sementara itu, Dosen FKH UGM Agung Budiyanto menyampaikan harapan agar program ini bisa berlanjut.
"Kami berharap kerja sama ini dapat terus dilanjutkan karena terbukti bermanfaat dalam peningkatan populasi sapi PO dan kualitas SDM peternakan di Gunungkidul," ujarnya.
Rencana pengembangan lanjutan program ini, kata dia, akan dilakukan perluasan wilayah dan populasi sapi yang terlibat, penambahan jumlah petugas IB dan dokter hewan, Penerapan teknologi semen sexing dan genomic mapping sapi PO, Riset tentang keberagaman genetik sapi PO, Pengembangan deteksi molekuler penyakit terkait kinerja reproduksi sapi.
“Metode FTAI dengan program Ovsynch terbukti berhasil membantu meningkatkan angka kebuntingan sapi di wilayah Gunungkidul. Ini efektif diterapkan pada berbagai jenis sapi, baik sapi lokal PO (Peranakan Ongole) maupun sapi persilangan,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa metode ini berhasil mengatasi berbagai kendala reproduksi yang selama ini dihadapi peternak, di antaranya mengatasi infertilitas jangka panjang, banyak sapi yang sudah lama tidak bunting, bahkan hingga empat tahun atau memiliki jarak kelahiran lebih dari 40 bulan, berhasil kembali bunting.
Mahasiswa Jogja Gelar Aksi di Pertigaan UIN, Tuntut Penghapusan Tunjangan DPR dan Reformasi Aparat |
![]() |
---|
Sultan HB X Sampaikan Duka Cita untuk Affan Kurniawan, Prihatin Perubahan Demokrasi Memakan Korban |
![]() |
---|
Pesan Sri Sultan Hamengku Buwono X saat Temui Massa Aksi di Mapolda DIY |
![]() |
---|
Akhirnya Sultan Temui Massa Aksi di Halaman Mapolda DIY, Ini Kata Raja Keraton Yogyakarta |
![]() |
---|
Gending Jawa Mengalun, Tanda Sultan Keluar Temui Massa Aksi di Depan Mapolda DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.