BPBD Bantul Catat Ada 85 Kejadian Kebakaran Hingga 24 Juni 2025, Mayoritas Akibat Korsleting Listrik
Masyarakat juga diimbau agar dapat menghindari penggunaan stop kontak secara bertumpuk dalam satu rangkaian colokan.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mencatat kasus kebakaran sepanjang Januari sampai 24 Juni 2025 mencapai 85 kejadian.
Kejadian itu, rata-rata disebabkan adanya korsleting listrik.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) BPBD Kabupaten Bantul, Irawan Kurnianto, menyebut dari 85 kejadian, 79 di antaranya merupakan wilayah manajemen kebakaran (WMK) di Bantul dan enam kejadian di luar wilayah Bantul.
"Dari data yang ada, 39 kejadian kebakaran di antaranya terjadi dikarenakan korsleting listrik. Kemudian, 17 kejadian dikarenakan kebocoran gas, 16 kejadian dikarenakan kelalaian, dua kejadian dikarenakan kesengajaan, satu kejadian dikarenakan membakar sampah dan barang bekas, dan 10 kejadian belum diketahui penyebabnya," katanya, kepada wartawan, Minggu (29/6/2025).
Dari kondisi itu, pihaknya mencatat terdapat jumlah kerugian.
Di mana, terdapat jumlah kerugian Rp3.302.050.000 dari kejadian di Bantul atau dalam WMK dan kerugian mencapai Rp9.150.000 dari kejadian di luar wilayah Kabupaten Bantul.
Irawan menyampaikan, bahwa pihaknya tidak pernah berhenti memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggandeng sejumlah pihak termasuk relawan untuk mengantisipasi kejadian kebakaran.
Salah satunya, antisipasi kejadian kebakaran yang disebabkan oleh korsleting listrik.
"Kami tidak henti-hentinya memberikan imbauan kepada masyarakat agar selalu menggunakan peralatan listrik dengan standar nasional Indonesia," ucap Irawan.
Selain itu, kata Irawan, masyarakat juga diimbau agar dapat menghindari penggunaan stop kontak secara bertumpuk dalam satu rangkaian colokan.
Sebab, kondisi itu, dapat memicu percikan api dan mengakibatkan terjadinya kebakaran pada rumah, toko, atau sebagainya.
Tidak hanya itu, melepas peralatan listrik yang sudah tidak terpakai dan mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan juga dinilai menjadi salah satu solusi mencegah kejadian kebakaran.
Bahkan, ketika akan berpegian masyakarat diimbau melakukan pengecekan kembali pada peralatan listrik yang tidak terpakai.
"Melapas semua peralatan listrik yang tidak digunakan bisa mencegah terjadinya kebakaran. Apalagi, saat rumah sedang ditinggal oleh pemilik dalam jangka waktu lama, perlu diterapkan hal itu," tutur Irawan.
Kemudian, masing-masing rumah, toko, atau gedung, juga diimbau untuk menyediakan alat pemadam kebakarangan ringan (APAR). Menurutnya, alat itu sangat berfungsi bilamana terjadi kebakaran di lokasi kejadian.
"APAR itu menjadi langkah penanganan cepat ketika terjadi kebakaran. Ya walau kita tidak berharap terjadi kebakaran, tapi APAR bisa menjadi penyelamat atau penanganan cepat. Masyarakat juga perlu memahami hal itu," tutup dia.(*)
Pesan Terakhir Fotografer DPRD Kota Makassar Sebelum Tewas Terjebak Kobaran Api |
![]() |
---|
11 Arti Mimpi Rumah Tetangga Kebakaran Menurut Primbon Jawa, Pertanda Apa? |
![]() |
---|
Dua Keluarga Warga Klaten Mengungsi Tak Punya Tempat Tinggal karena Rumah Terbakar |
![]() |
---|
Rumah Warga di Kalikebo Klaten Habis Dilalap Si Jago Merah, Penyebab Belum Diketahui |
![]() |
---|
Bayi Korban Kebakaran Sumur Minyak Blora Masih Kritis, 63 Persen Alami Luka Bakar Serius |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.