Yogyakarta Tak Hanya Gudeg tapi Juga Kopi yang Juara, Cek Potensinya

Selama ini Yogyakarta dikenal luas dengan kulinernya yang khas, seperti gudeg. Tapi siapa sangka, di balik citarasa makanan tradisional itu, ada kopi

www.beanmiles.co.uk
ILUSTRASI - Biji kopi 

TRIBUNJOGJA.COM - Selama ini Yogyakarta dikenal luas dengan kulinernya yang khas, seperti gudeg. Tapi siapa sangka, di balik citarasa manis makanan tradisional itu, tersimpan potensi lain yang tak kalah kuat, yakni kopi

Dari lereng Merapi hingga Pegunungan Menoreh, kopi-kopi berkualitas tumbuh subur dan siap bersaing di pasar nasional maupun internasional. 

Didukung transformasi dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, ekosistem kopi Jogja kini bergerak ke arah industri yang lebih presisi, berkelanjutan, dan tetap menjunjung tinggi budaya lokal. Mau tahu seperti apa potensi kopi Jogja? Cek potensinya:

1. Warung kopi di DIY terus tumbuh, bisa jadi ruang budaya

Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Petani Kopi Indonesia (ASKI) DIY–Jawa Tengah (Jateng), Rendy Mahardika menyebut jumlah warung kopi di DIY yang terus tumbuh harus dijadikan sebagai ruang budaya. 

Ia menekankan pentingnya menyambut tamu dan menyajikan kopi dengan hati sebagai ciri khas warung kopi Yogyakarta.

“Warung kopi bukan hanya tempat menyeduh kopi. Ia harus menjadi representasi budaya, dari cara menyambut tamu hingga memperlakukan kopi sebagai bagian dari identitas,” jelasnya saat audiensi di Kepatihan, Selasa (3/6/2025).

2. Potensi besar pengembangan kopi di Merapi dan Menoreh

ASKI juga menyoroti potensi besar pengembangan kopi di kawasan Merapi dan Menoreh

Rendy menegaskan pentingnya pelatihan, pendampingan, serta keikutsertaan dalam pameran kopi sebagai bentuk dukungan nyata kepada petani, roastery, dan UMKM di bidang kopi.

3. Ubah sistem tradisional jadi pendekatan industri

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mendorong transformasi menyeluruh dalam pengembangan dan pengelolaan kopi di wilayahnya.

Transformasi ini bertujuan mengubah sistem tradisional menjadi pendekatan industri yang presisi, berkelanjutan, namun tetap berpijak pada nilai-nilai budaya khas Yogyakarta.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pelaksana Harian (Plh.) Sekretaris Daerah DIY, Tri Saktiyana, seusai mendampingi Gubernur menerima audiensi 

Pertemuan yang berlangsung lebih dari tiga jam ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti.

Para peserta membahas berbagai aspek penguatan ekosistem kopi DIY secara menyeluruh mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Tri Saktiyana menjelaskan bahwa Sri Sultan menekankan pentingnya perubahan pola pikir petani kopi. Menurutnya, para pelaku di sektor ini harus beralih dari pendekatan berbasis pengalaman tradisional menuju sistem industri yang terukur dan presisi.

“Kita berbicara tentang kopi dari hulu ke hilir, dari penyiapan lahan, penanaman, pengemasan, hingga penyambutan tamu di warung kopi yang harus mencerminkan budaya Yogyakarta,” kata Tri.

Ia menambahkan bahwa transformasi ini harus diwujudkan dalam praktik teknis konkret. Standar takaran dan durasi penyeduhan, misalnya, harus diperhatikan karena berpengaruh langsung terhadap cita rasa kopi.

Dengan menggabungkan pendekatan industri dan sentuhan budaya lokal, kopi DIY diyakini mampu bersaing di pasar nasional hingga internasional.

4. Kolaborasi difasilitasi dinas terkait

Pemerintah Daerah DIY menyatakan kesiapannya untuk mendukung pengembangan budidaya kopi di berbagai kawasan potensial, termasuk di lereng Gunung Merapi dan Pegunungan Menoreh

Tri Saktiyana menegaskan bahwa kolaborasi dengan pemangku kepentingan industri kopi akan difasilitasi melalui dinas terkait.

“Kami terbuka untuk menjalin kerja sama dengan semua pihak. Penguatan ekosistem kopi membutuhkan sinergi antara petani, pengusaha, pelatih, hingga pemerintah,” ujarnya.

5. Ciptakan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan

Tri juga mengingatkan bahwa transformasi ini bukan semata untuk menghasilkan kopi berkualitas, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.

Ia mendorong seluruh pelaku industri kopi di DIY untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi positif.

“Dengan potensi geografis, kekayaan budaya, serta semangat kolaboratif yang dimiliki, kopi DIY berada di jalur yang tepat untuk tampil di panggung industri yang lebih luas tanpa kehilangan jati dirinya,” tutupnya.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved