DIY Mengalami Deflasi pada Mei 2025, Begini Kata Pengamat Ekonomi

Susilo mengatakan deflasi bisa disebabkan penurunan daya beli masyarakat. Namun di sisi lain, bisa karena pasokan mencukupi atau berlebih

Istimewa
Ilustrasi Deflasi. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami deflasi 0,15 persen (mtm) pada Mei 2025. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami deflasi 0,15 persen (mtm) pada Mei 2025. 

Menurut pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Y Sri Susilo, deflasi bisa disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Namun di sisi lain, bisa karena pasokan yang mencukupi atau bahkan berlebih.

“Dugaan saya itu awalnya meningkat (inflasi tipis), karena ada 3 long weekend di Bulan Mei. Tapi malah deflasi. Komponen dalam menghitung inflasi itu kan banyak. Dugaan saya, bahwa 3 long weekend itu ternyata belum mampu meningkatkan konsumsi secara signifikan,” katanya, Senin (02/06/2025).

Ia menerangkan ketika konsumsi meningkat, otomatis permintaan juga meningkat, sehingga terjadi demand pull inflation. Sangat masuk akal jika dikaitkan dengan penurunan daya beli masyarakat.

Apalagi ia melihat adanya perubahan preferensi wisatawan saat berkunjung di DIY sepanjang Mei 2025.

Keberadaan tol fungsional memang memudahkan akses wisatawan ke DIY. Kendati demikian, wisatawan memilih tidak menginap dan langsung bertolak ke daerah asal. 

“Misalnya dari Surabaya pagi, kan paling cuma 4 jam, siangnya di Jogja, sore atau malam sudah pulang lagi. Terutama untuk daerah-daerah yang dekat dengan Jogja. Kalaupun menginap paling cuma satu hari,” terangnya.

“Kemudian ada preferensi dalam menginap, sekarang yang banyak digemari homestay, karena lebih murah. Artinya wisatawan ingin menekan pengeluaran. Lalu jika melihat data akhir tahun 2024, transaksi QRIS turun, tabungan jika dirata-rata turun. Ya memang ada kemungkinan penurunan daya beli masyarakat,” lanjutnya.

Kendati demikian, deflasi yang terjadi di DIY disebabkan oleh pasokan yang mencukupi atau bahkan berlebih. Ia menyebut deflasi terjadi bisa terjadi karena suplai tetap, tetapi jumlah permintaan berkurang, dampaknya harga-harga menjadi turun. Bisa juga karena permintaan ajeg, namun suplai justru meningkat.

“Deflasi ini terjadi karena ada komponen inflasi yang turun, tetapi turunnya lebih kuat daripada yang naik,” imbuhnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved