Voice of Baceprot Memulai Babak Baru Lewat Mini Album 'TRANSISI'

VoB menghadirkan enam lagu yang bukan hanya keras secara sonik, tapi juga lantang secara pesan. TRANSISI menjadi titik balik yang menandai pendewasaan

Penulis: Santo Ari | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
Personel Voice of Baceprot 

TRIBUNJOGJA.COM - Voice of Baceprot (VoB) kembali membuat gebrakan. Setelah merilis beberapa single sepanjang akhir 2024 hingga awal 2025, trio Marsya (gitar & vokal), Widi (bass), dan Sitti (drum) ini kini meluncurkan sebuah mini album penuh energi bertajuk TRANSISI, yang resmi dirilis pada 23 Mei 2025.

VoB menghadirkan enam lagu yang bukan hanya keras secara sonik, tapi juga lantang secara pesan. TRANSISI menjadi titik balik yang menandai pendewasaan musikal mereka—baik secara personal, sosial, maupun spiritual.

Mini album ini dibuka dengan “Mighty Island,” sebuah track yang meletupkan semangat perlawanan lewat lirik bernuansa metaforis. Lagu ini berbicara tentang tanah yang dirampas dari tangan rakyatnya, sebuah kritik tajam yang dibungkus dalam aransemen yang membakar.

Lanjut ke “RENEGADE SHEEP,” lagu dengan judul huruf kapital ini tak kalah garang. Ia hadir sebagai anthem untuk mereka yang menolak tunduk, yang menolak menjadi bagian dari massa yang dibungkam.

“Ini adalah suara untuk mereka yang tak lagi ingin menjadi bagian dari kawanan,” jelas Marsya, penulis lirik lagunya.

Track ketiga, “Put The Gun Down,” menyuguhkan sisi lain dari VoB: pesan damai dalam balutan distorsi. Lagu ini menyuarakan keprihatinan terhadap kekerasan yang dilegalkan, dan mengajak pendengarnya menengok sisi kemanusiaan yang kerap terlupakan.

VoB juga tak ragu menyuarakan kritik politik dalam “Madness of The Present Century.” Di lagu ini, mereka membidik isu-isu aktual: nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketimpangan yang makin nyata. Ini bukan sekadar lagu protes, tapi bentuk kemarahan yang dilisankan dengan jujur.

Menjelang akhir, “The Other Side of Metalism” hadir dengan nuansa kontemplatif. Di sini VoB menggali makna spiritual di balik musik keras, memperlihatkan bahwa metal juga bisa menjadi jalan ekspresi batin yang dalam.

Sebagai penutup, mereka menghadirkan versi remaster dari “Rumah Tanah Tidak Dijual” yang sebelumnya sempat muncul dalam kompilasi sonic/panic vol.2 garapan Music Declares Emergency Indonesia. Lagu ini menjadi pengingat akan krisis lingkungan yang terus berlangsung, deforestasi, alih fungsi lahan, hingga perebutan ruang hidup atas nama pembangunan.

“Sejak remaja, kami sering dengar obrolan soal hutan, gunung, atau sungai yang mau dijadikan tempat wisata,” ujar VoB, menyoroti bagaimana isu-isu lingkungan sudah akrab di telinga mereka sejak dini.

Seluruh proses produksi TRANSISI melibatkan nama-nama penting. Christopher Bollemeyer alias Coki NTRL bertindak sebagai produser, dengan proses rekaman yang dilakukan di dua studio: vokal dan drum direkam di Syaelendra Studio, sementara gitar dan bass ditangani di PM16 Studio milik sang produser sendiri.

Mixing dan mastering dikerjakan oleh Ivan Gojaya di Roemah Iponk. Sampul album dirancang oleh ilustrator Akmal Abdurahman (@akawork280).

Kini, TRANSISI sudah bisa dinikmati di seluruh layanan streaming digital. Mini album ini tak hanya menjadi pengantar untuk rilisan penuh yang sedang mereka garap, tapi juga ajakan untuk ikut menyelami dunia VoB yang penuh kritik, semangat, dan harapan. Dengarkan, hayati, dan bersiaplah untuk turut mengalami TRANSISI.(nto) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved