Dokter di Jogja Doa Bersama Prihatin Mutasi Mendadak Kemenkes: Dampaknya ke Pasien

Menurut Darwito, Menteri Kesehatan (Menkes) sebagai pemegang wewenang memutasi dokter dengan suka-suka dan itu menjadi keprihatinan banyak dokter.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
PRIHATIN: Direktur Utama RSA UGM, Prof. Dr. dr. Darwito menyampaikan penjelasan terkait doa bersama yang dilakukan para dokter karena prihatin dengan keputusan Kemenkes yang dinilai semena-mena memutasi dokter. Doa bersama dilakukan di RSA UGM, Rabu (7/5/2025). 

"Bisa terjadi. Siapa pun. Di bawah tekanan, kalau kamu nggak manut, maka akan saya pindah," terangnya.

Darwito mengatakan dokter tak bisa bekerja dalam suasana terancam dipindah. Mutasi mendadak ini juga merugikan, tak hanya secara pribadi tetapi secara institusi dan pasien.

"Institusi bagaimana? Kalau dia pendidik berarti di situ akan ada suatu kesenjangan dalam pendidikan. Harusnya anak didiknya menjadi baik, sekarang adalah dia mungkin tidak bisa mendidik dengan baik," katanya.

Ia mengungkapkan, apa yang dilakukan Kemenkes juga bisa berdampak kepada pasien. Bisa saja, dokter tersebut sudah memiliki pasien yang cocok dengannya.

“Kalau dipindah mendadak, bagaimana pasiennya? Itu kan suatu hal yang harus diperhatikan, ya,” tambah dia.

Dokter bukan barang

Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI DIY dr. Joko Murdiyanto, Sp. An., MPH, FISQua turut hadir di doa bersama. Dia mengatakan dirinya turut bersimpati atas peristiwa ini.

Joko menjelaskan memutasi dokter tidak seperti memindah barang. Ketika dokter berpindah tugas maka dia akan susah dijangkau masyarakat yang selama ini jadi pasiennya.

“Silakan kalau itu aturan, ya kan ada komunikasi mestinya. Sekali lagi, mindah dokter itu tidak seperti mindah barang, menurut saya," tutup dia. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved