1,2 Ton Ketupat Ludes dalam Hitungan Menit di Grebeg Syawalan di Bukit Sidoguro Klaten

Ribuan warga memadati obyek wisata (Obwis) Bukit Sidoguro di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Dewi Rukmini
GREBEG KETUPAT : Ribuan orang tampak memperebutkan 23 gunungan ketupat dan hasil bumi dalam gelaran Grebeg Syawalan 2025 di Bukit Sidoguro Kabupaten Klaten pada Senin (7/4/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Ribuan warga memadati obyek wisata (Obwis) Bukit Sidoguro di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Senin (7/4/2025).

Mereka tampak antusias mengikuti prosesi Grebeg Syawalan 2025 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten dan Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbud Porapar) Kabupaten Klaten

Tribunjogja.com, ribuan orang dari berbagai daerah di Kabupaten Klaten mulai memadati kawasan Bukit Sidoguro sejak pagi hari.

Gelaran Grebeg Syawalan itu dihadiri Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, dan para pejabat di lingkungan Pemkab Klaten

Sekitar pukul 09.00 WIB, puluhan gunungan ketupat dan hasil bumi diarak dari depan gapuro obwis Bukit Sidoguro menuju area Amphiteater Bukit Sidoguro.

Begitu sampai Amphiteater, puluhan gunungan tersebut diletakkan di atas panggung. 

Kemudian, dilakukan prosesi doa bersama sebelum puluhan gunungan ketupat dan hasil bumi diperebutkan oleh masyarakat.

Pada kesempatan itu, juga terlihat Bupati Hamenang Wajar Ismoyo membagikan ketupat kepada masyarakat. 

"Alhamdulillah hari ini (7/4/2025) kami bersama stakeholder dan Disbud Porapar Kabupaten Klaten menyelenggarakan acara tahunan Syawalan, atau kalau dulu waktu kecil saya nyebutnya Bakdo Kupatan," ucap Hamenang kepada awak media pada Senin (7/4/2025). 

Baca juga: Okupansi Hotel DIY Saat Lebaran 2025 Turun Drastis, Kisaran 60 Persen

Hamenang menuturkan, Grebeg Syawalan tersebut adalah tradisi turun temurun dari nenek moyang yang masih dipertahankan hingga kini.

Selain untuk melestarikan tradisi nenek moyang, gelaran itu juga jadi ajang halal bihalal atau saling maaf-memaafkan dan berlebaran dengan warga Kabupaten Klaten

"Harapannya tentu ke depan, tradisi itu bisa dilestarikan terus sehingga anak cucu kita masih dapat merasakan tradisi yang luar biasa. Tidak hanya sekadar rebutan makanan, tapi bagaimana kemudian masyarakat memaknai hal itu untuk berbagi. Insya Allah berkah barokah," jelasnya. 

Lebih lanjut, Hamenang mengaku bersyukur antusias masyarakat mengikuti Grebeg Syawalan sangat besar.

Bahkan, gunungan ketupat dan hasil bumi ludes diperebutkan masyarakat dalam beberapa menit saja.

"Total ada 1,2 ton ketupat serta 1.000 kupon ketupat lontong siap saji  yang dibagikan kepada masyarakat. Alhamdulillah antusias masyarakat sangat besar, yang penting tertib dan tidak ada perkelahian," katanya.

"Semoga ketupatnya bisa didahar oleh warga masyarakat atau dibagikan kepada keluarga masing-masing. Karena itu sebagai momen berbagi di bulan Syawal," tuturnya.

Hamenang menyebut, gelaran Grebeg Syawalan juga jadi momentum untuk mempromosikan obyek wisata alam di Kabupaten Klaten, yakni Rowo Jombor dan Bukit Sidoguro yang terletak berdekatan. (drm)
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved