PSIM Yogyakarta

Kisah Erwan Hendarwanto Pensiun dari Pegawai Bank dan Akhiri Puasa Trofi 20 Tahun PSIM Yogyakarta

Erwan rela meninggalkan kursi empuk sebagai karyawan bank terkemuka di Indonesia demi memenuhi panggilan hati untuk menjadi seorang pelatih sepak bola

|
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Almurfi Syofyan
Pelatih PSIM Yogyakarta, Erwan Hendarwanto saat ditemui di Gudeg Bu Sri di Jalan Wates Km 2, Yogyakarta beberapa hari lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nama Erwan Hendarwanto kian melambung tinggi di kancah sepak bola nasional setelah dirinya sukses mengantarkan PSIM Yogyakarta meraih kampiun Liga 2 2024/2025 sekaligus promosi ke Liga 1 2025/2026.

Tinta emas yang diukir oleh Erwan ini sekaligus menyudahi penantian panjang 18 tahun Laskar Mataram untuk promosi dan sekaligus menyudahi 20 puasa trofi.

Keberhasilan Erwan di dunia kepelatihan tak datang begitu saja.

Pelatih asal Kalinegoro, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah itu telah merintis karirnya sejak belasan tahun yang lalu.

Bahkan, Erwan rela meninggalkan kursi empuk sebagai karyawan bank terkemuka di Indonesia demi memenuhi panggilan hati untuk menjadi seorang pelatih sepak bola.

Awalnya, Erwan memang memulai karir sebagai pesepak bola. Namun, karirnya tak begitu moncer meski sempat mengenyam pendidikan di Diklat Salatiga yang dikenal sebagai pencetak pesepak bola nasional seperti Kurniawan Dwi Yulianto hingga Bambang Pamungkas.

Erwan hanya sempat satu musim membela PSIM Yogyakarta di tahun 2000.

"Dulu main bola belum semakmur sekarang terus ada krismon sempat berhenti dan ada dualisme, jadi sepakbola belum menjadi gantungan hidup," ujar Erwan saat berbincang, Minggu (23/3/2025).

Menjelang akhirnya karirnya di sepak bola, Erwan kemudian memutuskan untuk kuliah di Universitas Janabadra Yogyakarta.

Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi, Erwan kemudian memutuskan untuk bekerja di beberapa perusahaan.

Baca juga: Usai Bawa PSIM Yogyakarta Juara Liga 2, Erwan Hendarwanto Dapat Tawaran Melatih dari 3 TimĀ 

Mula-mula, ayah dua anak itu bekerja di New Armada sebuah perusahaan karoseri bus asal Magelang. Tak lama disana, Erwan lalu pindah ke Bank Danamon.

Bekerja dibalik meja sebagai seorang bankir adalah impiannya sejak masa kecil. Baginya, bekerja di bank terlihat keren karena setiap hari masuk kerja dengan pakaian rapi dan berdasi.

"Setelah dari New Armada saya itu pindah ke Bank Danamon. Kerja di bank itu impian kecil, saya ingin jadi pegawai bank pakai dasi keren kan. Akhirnya tersampaikan, tapi ternyata pusing juga, kenangnya.

Selama bekerja di perusahaan, Erwan masih tetap rutin bermain bola di sore hari selepas pulang ngantor, rutinitas itu dijalani hingga bertahun-tahun.

Kemudian, langkah Erwan terjun ke dunia kepelatihan bermula dari permintaan seorang seniornya di sepak bola. Kala itu, Erwan didorong untuk mengikuti lisensi kepelatihan.

"Pak Yosi (Persiba), nanya, lagi di mana? Kerja om. Kerja di mana? Bank Danamon. Udah to kamu ngelatih. Om saya udah ngomong berapa kali saya nggak bisa ngelatih. Kalau saya ngelatih anak istriku mau tak kasih makan apa? Aku butuh kerja," jelasnya.

Tawaran itu sempat ditolak namun, nama Erwan ternyata sudah terlanjur dimasukkan ke dalam peserta yang mengikuti kursus kepelatihan lisensi D. Program lisensi itu memakan waktu pelatih selama 14 hari.

"Selang seminggu, kemudian, Erwan kembali telepon Pak Yosi. Namamu udah tak masukin, kamu harus ikut sekolah lisensi, lisensi itu hari Senin. Wah om, kalau gini saya harus gimana? Saya nggak bisa izin 14 hari karena saya kerja di swasta," ungkapnya.

"Saya harus resign gitu. Kalau resign saya harus berembuk dengan keluarga. Udah percaya aku, kamu bisa menghidupi anak istrimu dari melatih. Dari itu saya pulang kepikiran, kenapa Pak Yosi lama bener ngomongin aku jadi pelatih padahal aku sendiri nggak yakin," sambung Erwan.

Sesampai di rumah, Erwan mengajak istrinya Nur Aini Lestari untuk berbicara terkait tawaran menjadi pelatih dan berhenti sebagai seorang bankir tersebut.

Namun, keputusan besar ini tentu mempunyai risiko besar pula karena berkaitan erat dengan perekonomian keluarga kedepannya. Erwan pun beruntung, istrinya memberi lampu hijau.

"Habis sholat maghrib saya ngomong sama istri, saya disuruh melatih tapi saya harus punya lisensi dan risikonya aku resign. Istri bilang pekerjaan gampang dicari lagi. kalau saya nggak punya istri ini selesai," ulasnya.

Setelah lulus lisensi, Erwan memulai karir kepelatihan sebagai pelatih di sejumlah tim lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tercatat dia pernah melatih PS Gama, Diklat Tunas Jogja, Porda Kota Yogyakarta, pelatih PON DIY hingga akhirnya bisa menjadi bagian kepelatihan PSIM Yogyakarta dalam beberapa periode.

Perjalanan Erwan bersama PSIM di Liga 2 2024/2025 musim ini dimulai dari kursi asisten pelatih. Kemudian, menjelang masuk babak 8 besar, manajemen PSIM mengistirahatkan Seto Nurdiyantoro sebagai pelatih kepala.

Erwan didapuk sebagai pelatih interim. Dia memimpin PSIM di delapan pertandingan dengan catatan tujuh menang dan sekali kalah.

Eks Pelatih Persitema Temanggung dan Persekat Tegal ini tak hanya sukses membawa Laskar Mataram promosi ke Liga 1 namun juga memboyong trofi juara Liga 2 2024/2025. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved