Suparna Masih Berharap pada MBG Meski Penghasilan dari Dagangannya Ikut Terimbas

Ia tetap menaruh harapan pada program MBG tersebut. Sebab ada anaknya yang saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA)

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
HARAPAN PEDAGANG: Suparna (kanan, memakai topi) melayani pelajar yang membeli jajanan yang ia jual di depan SD Negeri Semen, Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, Kamis (21/02/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Kamis (20/02/2025) tengah hari, Suparna menanti di depan gerbang SD Negeri Semen di Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo. Bukan menjemput anak, melainkan untuk berjualan cilok dan es lilin di sana.

Usai Salat Dhuhur, para pelajar SDN Semen menyerbu keluar dan langsung mengerubungi sejumlah pedagang. Salah satunya Suparna, yang dengan gesit melayani semua permintaan mereka.

Ia sudah terbiasa berjualan di sana setiap harinya. Aktivitas tersebut dilakoninya sejak pagi hari, berpindah-pindah lokasi.

"Kalau pagi saya jualan di pasar, lalu siangnya keliling ke pondok pesantren dan sekolah-sekolah termasuk SD ini," ujar Suparna.

Meski begitu, ia tidak sesemangat biasanya untuk berjualan. Semangat itu berkurang tatkala program Makan Bergizi Gratis besutan pemerintah mulai dijalankan di mana Kapanewon Sentolo jadi wilayah pertama di Kulon Progo yang melaksanakan MBG.

SDN Semen menjadi salah satu penerima program yang dilaksanakan sejak Januari lalu. Suparna mengakui sejak program tersebut berjalan, penghasilan dari dagangannya ikut terdampak.

"Penjualannya turun sekitar 25 persen sejak MBG itu," ungkapnya.

Biasanya, Suparna bisa meraup untung hingga Rp 350 ribu dalam sehari. Namun sejak MBG berjalan, keuntungannya berkurang menjadi hanya sekitar Rp 300 ribu sehari.

Bagi orang lain, penurunan tersebut tidaklah signifikan. Namun bagi Suparna, selisih Rp 50 ribu tetaplah berarti baginya, karena ia harus menggunakan sebagian keuntungan sebagai modal hingga memenuhi kebutuhan keluarga.

"Jangan sampailah terus-menerus begini, atau bahkan sampai berkurang lagi untungnya," kata Suparna.

Meski begitu, ia tetap menaruh harapan pada program MBG tersebut. Sebab ada anaknya yang saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah Kapanewon Pengasih dan sampai saat ini belum mendapat bagian MBG.

Suparna pun merasa bahwa program tersebut tetap membantunya sebagai orangtua yang anaknya masih bersekolah. Itu sebabnya, ia berharap anaknya tersebut segera mendapat bagian juga dalam program MBG.

"Ya saya tetap senang kalau nanti anak saya juga dapat jatah MBG," kata warga asal Kapanewon Pengasih ini.

Lain cerita dengan Sargiyanti, orangtua dari 2 anak yang dua-duanya mendapat jatah MBG karena bersekolah di wilayah Kapanewon Sentolo. Anak pertamanya di SMPN 1 Sentolo, sedangkan anak keduanya di SDN Semen.

Ia justru merasa ada manfaat positif sejak MBG dilakukan. Salah satunya dari sisi pengeluaran untuk uang jajan anaknya, di mana anak pertama dijatah uang jajan Rp 15 ribu sehari, sedangkan si bungsu dijatah Rp 8 ribu sehari.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved