Balai Taman Nasional Gunung Merapi Rilis Skincare Ettan Merapi, Bahan Ekstrak Abu Vulkanik

Tiga produk itu adalah Acne Serum Ettan Merapi, Acne Gel Ettan Merapi dan Acne Foam Facial Wash Ettan Merapi.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Yoseph Hary W
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
OLAHAN ABU VULKANIK: Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TNGM, Ari Nurwijayanto, menunjukkan produk skincare yang dibuat dari ekstrak tanaman dan olahan abu vulkanik Gunung Merapi, Kamis (20/2/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Menteri Kehutanan Republik Indonesia (Menhut RI), Raja Juli Antoni, bersama Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, berkunjung ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di kawasan obyek wisata alam (OWA) Kali Talang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (20/2/2025). 

Kunjungan tersebut untuk meninjau implementasi memo of understanding (MoU) partnership in support of Indonesia's efforts to reduce greenhouse gas emision from forestry and other landuse. Atau kemitraan dalam mendukung upaya Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca dari kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. 

Pada kesempatan itu, Menhut Raja Juli Antoni dan Menteri Norwegia Andreas Bjelland Eriksen sempat menanam bibit pohon endemik Gunung Merapi dan melakukan soft tracking di kawasan wisata Kali Talang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Selain itu juga dirilis produk bioprospeksi BTNGM, Ettan Merapi.  

Bioprospeksi adalah rangkaian panjang kegiatan mulai dari eksplorasi, ekstraksi, penapisan sumberdaya alam genetik dan spesies, pengembangan produk dan pengujian, hingga tahapan produksi dan komersialisasi. Dari rangkaian proses bioprospeksi itu, BTNGM pun merilis produk bernama Ettan Merapi

Kepala BTNGM, Muhammad Wahyudi, mengungkapkan BTNGM berhasil memgembangkan 24 produk prototipe bioprospeksi dari delapan spesies tumbuhan dan satu mineral abu vulaknik Gunung Merapi sebagai bahan bioprospeksi. Adapun dari 24 prototipe produk itu terdapat lima paten sederhana yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.  

"Dari lima paten sederhana itu terdapat tiga paten yang merupakan produk Skincare Acne Series Ettan Merapi. Pada 2024 sedang diproduksi massal dan sudah terdaftar izin edar ND BPOM," ucap Wahyudi, Kamis (20/2/2025). 

Tiga produk itu adalah Acne Serum Ettan Merapi, Acne Gel Ettan Merapi dan Acne Foam Facial Wash Ettan Merapi. Produk tersebut berbahan ekstrak daun harendong bulu (Clidemia hirta), ekstrak Acacia decurrens, arang aktif Acacia decurrens, dan abu vulkanik Gunung Merapi.

Pengendali Ekosistem Hutan, Ari Nurwijayanto, menambahkan ada sebanyak 160 jenis tanaman yang dieksplorasi dalam proses bioprospeksi tersebut. Dari ratusan jenis tanaman itu baru ada delapan jenis tanaman dan satu mineral yang berhasil dikembangkan menjadi 24 produk prototipe. 

"Kalau seandainya 160 jenis tanaman itu dikelola semua akan luar biasa, karena potensi di Gunung Merapi sangat luar biasa," ucapnya. 

Aji mengungkapkan bahwa tanaman di Gunung Merapi memiliki ciri khas tertentu. Karena berkat gunung api yang sangat aktif, tanaman di Gunung Merapi memiliki kandungan fitokimia semisal antioksidan atau antimikroba yang lebih tinggi. 

"Itu yang tidak ditemukan di gunung-gunung yang lain. Kemarin kami sudah mencoba mencari di pegunungan Yogyakarta, semisal di pegunungan Menoreh Kulon Progo, pegunungan Imogiri Bantul, dan Wonosari. Ternyata, kami tes yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di Gunung Merapi," tuturnya. 

Selain produk kecantikan, pihaknya juga mengembangkan ekstrak tanaman untuk memadamkan api kebakaran berupa bola-bola.

"Jadi kalau bola itu dilempar di tempat yang ada apinya maka akan meledak dan lalu mematikan api sekaligus memupuk tempat tersebut," tuturnya.

Lebih lanjut, Aji menuturkan ke depan masyarakat di sekitar kawasan TNGM akan dilibatkan dalam produksi produk bioprospeksi. Dimulai dari masyarakat diajak menanam tanaman endemik di kawasan TNGM.

"Nanti kami akan buatkan SOP-nya dulu sampai tata niaganya, baru diserahkan kepada masyarakat. Jadi masyarakat tinggal melanjutkan dengan pendampingan," tandasnya. (drm)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved