Kisah Jurnalis New York Times yang Takjub pada Yogyakarta, Apa Saja yang Dilihatnya? 

Center of universe atau pusat alam semesta. Demikian Jurnalis New York Times, Scott Mowbray meromantisasi Kota Yogyakarta.

Editor: ribut raharjo
Humas Polda DIY
Upacara Adat Grebeg Syawal 1444 H/Tahun Ehe 1956 Kraton Yogyakarta, Sabtu (22/4/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM - Center of universe atau pusat alam semesta. Demikian Jurnalis New York Times, Scott Mowbray meromantisasi Kota Yogyakarta.

Dia menyebut Kota Yogyakarta sebagai sebuah wilayah kaya akan peradaban budaya dan intelektual yang dikelola oleh keluarga kerajaan. 

Bahkan, Mowbray menarik kesimpulan dengan menyebut Yogyakarta sebagai "Center of The Universe" atau pusat alam semesta melalui tulisannya dengan judul "Never Heard of Yogyakarta? It Might Be the Center of the Universe". 

Perjalanan udara membuat dirinya menangkap topografi secara kontras daerah berjuluk "Kota Pelajar" itu. 

Kekaguman jurnalis New York Times pada Yogyakarta 

Kali pertama, Mowbray takjub adanya sebuah persawahan yang menghijau ditanami padi serta hutan perbukitan. 

"Kemudian metropolis yang berdengung dan hiruk pikuk perkotaan tropis yang panas," tulisnya, dilansir dari New York Times, Senin (27/1/2025). 

Ini merupakan perjalanan kedua Mowbray ke Yogyakarta sejak 1980-an. 

Alasan kembalinya ke Yogya lantaran penunjukkan kota tersebut sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada 2023. 

Menurutnya, hanya sebagian kecil turis asing yang datang ke Bali lalu melakukan perjalanan lanjutan ke Yogyakarta

Padahal tak kalah menarik dengan Bali, Yogyakarta juga merupakan kota besar tempat fermentasi budaya dan intelektual yang menarik untuk dijelajahi. 

Dalam lawatannya selama lebih dari dua minggu, hal pertama yang diperhatikan Scott saat mendarat di Yogyakarta ialah sebuah area parkiran motor dan berdiri banyak pedagang kaki lima seperti gudeg dan sate di sekitarnya yang sudah legendaris. 

Selain warung-warung kecil juga terdapat sejumlah restoran yang berdiri di sana. 

"Hampir setiap jalan, gang, trotoar lenyap dengan spanduk yang membanggakan bahwa rebusan nangka ini (gudeg) memiliki asal resep yang sempurna, atau bahwa di sini seseorang makan sate "legendaris" kambing muda," tulis Mowbray. 

Itenerary Mowbray selama di Yogyakarta Dirinya memulai dengan kulineran khas Yogyakarta mulai dari bakmi goreng, ayam goreng kampung, hingga wedang jahe dan gula aren (wedangungung), bungkos, rebusan kulit kelapa-susung sapi, tahu, telur rebus dan ramuan melinjo di Griya Dhahar. 

Lalu beralih ke museum dan galeri seni, pertunjukkan seni kontemporer, pasar pagi, kedai kopi bergaya barista, hingga pertunjukkan tari klasik. 

Perjalanan Mowbray ke Yogya juga didorong oleh status Yogyakarta sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada 2023 silam yang disebut Sumbu Kosmologis. 

Ia kemudian mengunjungi situs-situs yang merepresentasikan rincian dan simbol campuran sinkretis dari keyakinan animisme, Hindu, Buddha, dan Islam.

Karena itulah ia menganggap bahwa pluralisme tersebut menempatkan Yogya di pusat alam semesta. 

Mowbray lantas mengunjungi Taman Sari yang dikenal sebagai Kastil Air, dibangun pada abad kedelapan belas oleh kesulungan sebagai tempat untuk mandi, meditasi, dan ritual keagamaan. 

Lalu ke Kraton, Museum Sonobudoyo, dan tak lupa dengan dua kuil megah Hindu Buddha yakni Candi Prambanan dan Candi Borobudur

Selain itu, Mowbray juga mengeksplorasi pasar dan tempat ibadah legendaris. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved