Impor Sapi Perah untuk MBG, Pakar UGM: Perlu Perencanaan Matang, Lahan Pakan dan Antisipasi Penyakit

Perencanaan matang ini terutama untuk aspek teknis dan juga kehati-hatian dalam rangka mengantisipasi penyebaran penyakit baru dan risiko menurunnya

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
ist/net
Ilustrasi susu sapi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah berencana mengimpor 200 ribu sapi perah lewat 160 perusahaan hingga akhir tahun mendatang untuk memenuhi kebutuhan susu untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menanggapi kebijakan impor sapi perah tersebut, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Prof. Widodo, SP.,M.Sc., Ph.D., menyarankan agar pemerintah melakukan perencanaan yang matang.

Perencanaan matang ini terutama untuk aspek teknis dan juga kehati-hatian dalam rangka mengantisipasi penyebaran penyakit baru dan risiko menurunnya produktivitas susu sapi

Sebab, di tengah melonjak kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), tidak menutup kemungkinan akan menambah tingkat penyebaran. 

Bahkan ternak yang sudah terkena PMK berisiko tidak akan produktif  kembali. 

“Jangan sampai nambah penyakit. Jika sudah menyerang akan menjadi berat. Sehingga diperlukan adanya kehati-hatian,” kata Widodo dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (16/1/2025).

Menurutnya, sapi perah yang diimpor sebaiknya harus melalui proses karantina yang ketat agar tidak lagi mendatangkan virus atau bahkan mungkin mendatangkan penyakit baru.

“Saat ini, dunia sedang ditakutkan dengan adanya penularan virus yang aslinya datang pada binatang dan kemudian menular pada manusia,” katanya.

Selama proses karantina yang ketat, Widodo menegaskan pihak perusahaan importir juga perlu mendatangkan pakan hijauan yang berkualitas yang berasal dari lahan yang sudah disiapkan sebelumnya.

“Sapi perlu makanan, hijauan mereka siap nggak lahannya? untuk seratus ekor sapi berapa dihitungnya lahannya? Untuk seratus ribu berapa? Untuk satu juta berapa? Jadi kadang program pemerintah itu reasoningnya masuk tapi bombastis. Saya sebagai sebagai akademisi harus jujur dalam program ini ada manfaatnya asal ditata, disusun, dan direncanakan secara rasional,” paparnya.

Widodo sepakat dengan kebijakan impor susu sapi perah untuk kebutuhan susu gratis namun harus didukung dengan ketersediaan lahan bagi sapi untuk mensuplai pakan hijauan dan pakan konsentrat lainnya.

“Perlu perencanaan yang matang dan jangan sampai membawa penyakit dari luar apalagi lahan buat sapinya tidak ada,” katanya. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved