Rangkuman Materi Sejarah Kelas 11 SMA Bab 1 Unit B Bagian 2: Melawan Kuasa Negara Kolonial

Rangkuman materi Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA Bab 1 Unit B Bagian 2 mengenai Melawan Kuasa Negara Kolonial.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Buku Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA
Buku Sejarah Kelas 11 SMA 

TRIBUNJOGJA.COM – Di balik keindahan alam Nusantara yang memukau, tersimpan kisah panjang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. 

Para pemimpin perlawanan dengan cerdas memanfaatkan kondisi geografis, sosial, dan budaya untuk melawan kekuatan kolonial. 

Kali ini kita akan belajar materi Sejarah kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka Bab 1 tentang Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia terkhusus Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme.  

Materi ini dilansir dari buku Sejarah karya Martina Safitry, Indah Wahyu Puji Utami, dan Zein Ilyas. 

Pada materi kali ini, siswa diharapkan mampu menggunakan sumber-sumber sejarah untuk mengevaluasi secara kritis dinamika kehidupan bangsa Indonesia pada masa kolonial dan perlawanan bangsa Indonesia terhadap dominasi asing. 

Buku Sejarah Kelas 11 SMA
Buku Sejarah Kelas 11 SMA (Buku Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA)

Berikut di bawah ini rangkuman materi Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA Bab 1 Unit B Bagian 2

Melawan Kuasa Negara Kolonial

Kedatangan Belanda pada awalnya tidak dilandasi oleh keinginan untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara.

Ketika ambisinya berubah untuk menegakkan sebuah negara koloni, muncul gelombang perlawanan dari penduduk lokal.

Perjuangan melawan dominasi kekuasaan Belanda di Indonesia melalui masa yang sangat panjang.

Sebelum abad ke-20, gagasan mengenai NKRI belum dikenal, sehingga perlawanan rakyat lebih bersifat kedaerahan. 

Mereka berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah dengan dipimpin oleh tokoh masyarakat yang disegani di daerah masing-masing.

Dalam rentang waktu ini perlawanan rakyat terhadap kolonialisme lebih bersifat perang senjata.

Perjuangan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh penguasa-penguasa lokal dalam melawan kolonialisme dapat digolongkan menjadi dua periode sebagai berikut:

a. Periode Sebelum Abad Ke-19

Perlawanan terorganisir di Pulau Jawa dimulai sejak tahun-tahun awal kepindahan pusat pemerintahan VOC dari Ambon ke Batavia.

Hubungan yang awalnya baik itu, dalam perkembangannya berjalan tidak harmonis. 

Sultan Agung yang mengharapkan bantuan dalam penyerangannya ke Surabaya ternyata tidak mendapat dukungan dari VOC.          

Faktor lain adalah bahwa kehadiran VOC di Batavia seringkali menghalangi kapal dari Mataram yang akan melakukan perdagangan ke Malaka. 

Hal ini menjadikan dorongan yang kuat untuk dapat mengusir VOC dari tanah Jawa.

Serupa dengan Kesultanan Mataram, perjuangan rakyat Banten terhadap VOC bermula sejak kongsi dagang ini menguasai Batavia (Jayakarta). 

Kesultanan Banten dan VOC saling bersaing untuk menjadi bandar dagang internasional di wilayah Selat Sunda ini.

Sikap VOC juga menunjukkan usaha untuk menggoyahkan politik kekuasaan Kesultanan Banten.

Perjuangan dari wilayah Indonesia Timur untuk melawan penjajah dilakukan oleh Kesultanan Gowa-Tallo yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. 

Konflik diawali dengan pelucutan dan perampasan armada VOC di Maluku.

Dalam perlawanan ini Kesultanan Gowa-Tallo bersekutu dengan Wajo sedangkan VOC bersekutu dengan Raja Bone. 

Perjanjian Bongaya adalah perjanjian yang mengakhiri perlawanan Kesultanan Gowa-Tallo dengan VOC.

Meski disebut perjanjian damai, isi sebenarnya adalah deklarasi kekalahan Gowa dari VOC serta pengesahan monopoli perdagangan sejumlah barang di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh Kesultanan Gowa. 

Baca juga: Rangkuman Materi Geografi Kelas 12 SMA Bab 3 Unit C Bagian 14: Kerja Sama Indonesia dalam Uni Eropa

b. Periode Setelah Abad Ke-19

Pada penghujung abad ke-19, VOC dibubarkan dan penguasaan negara-negara koloni berada di bawah langsung pemerintah Belanda. 

Namun perubahan tersebut tidak kemudian mengubah praktik kolonialisme di Indonesia bahkan lebih eksploitatif. 

Maluku adalah wilayah perdagangan rempah-rempah yang sudah diperebutkan oleh bangsa Eropa sejak abad ke-15. 

Memasuki abad ke-19 rakyat Maluku berjuang untuk melawan penjajah karena tidak ingin orang Belanda kembali menguasai wilayah ini.

Setelah penandatanganan Traktat London pada 1817, Belanda kembali memberlakukan praktik monopoli perdagangan cengkeh dan kerja rodi. 

Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura bersama dengan panglima perang perempuan Martha Christina Tiahahu kemudian melaksanakan serangan dalam rangka menentang kebijakan Belanda.

Namun akhirnya perjuangan mereka harus berakhir setelah ditangkap.

Adapun, perlawanan rakyat Jawa di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan perlawanan paling sulit yang pernah dihadapi Belanda di Tanah Hindia.

Sehingga, Belanda justru mengalami kerugian karena bukan hanya menguras tenaga, perang pun mengeluarkan biaya yang sangat banyak.

Selanjutnya, perlawanan rakyat terhadap Belanda di Pulau Sumatera.

Perlawanan terjadi karena ambisi Belanda yang ingin menguasai Palembang khususnya Kepulauan Bangka Belitung. 

Wilayah ini memang memiliki letak yang strategis dengan kekayaan alam yang melimpah.

Belanda bekerjasama dengan Kaum Adat Belanda melawan Kaum Padri dengan tujuan ingin menguasai wilayah Sumatera Barat.

Dalam perkembangan selanjutnya Tuanku Imam Bonjol dapat mengajak Kaum Adat untuk menyadari tipu daya Belanda dan bersatu menghadapi pemerintah kolonial Belanda.

Disamping itu, perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Bali bermula karena tindakan protes Belanda terhadap kebijakan Kerajaan Bali yang disebut Hak Tawan Karang. 

Aturan tersebut memberikan hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk mengambil dan merampas muatan kapal asing yang terdampar di Perairan Bali.

Perlawanan rakyat di Kalimantan dikenal dengan Perang Banjar pada 1859-1905. 

Hal ini terjadi karena monopoli perdagangan Belanda di Kalimantan sangat merugikan pedagang pribumi.

Beban pajak dan kewajiban rodi terhadap rakyat yang memberatkan dan intervensi Belanda terhadap urusan internal Kerajaan Banjar membuat rakyat ingin melakukan perlawanan.

 

Kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan mengajarkan kita banyak hal tentang pentingnya strategi dan taktik dalam menghadapi tantangan. 

Perjuangan melawan penjajahan adalah perjuangan yang menegakkan keadilan, kebebasan, dan martabat manusia.  

Namun yang terpenting ialah semangat juang dan persatuan yang menyatukan rakyat Indonesia.

( MG Maryam Andalib )

Baca juga: Rangkuman Materi Geografi Kelas 12 SMA Bab 3 Unit C Bagian 15: Kerja Sama Negara-Negara G20

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved