Rangkuman Materi PAI Kelas 9 SMP Bab 7 Kurikulum Merdeka: Meyakini Qada dan Qadar

Kali ini kita akan belajar materi kelas 9 SMP Bab 7 tentang Meraih Ketenangan Jiwa dengan Menyakini Qada dan Qadar.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP Kurikulum Merdeka
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP Kurikulum Merdeka 

TRIBUNJOGJA.COM – Tribunners, pernahkah merasa sedih atau kecewa karena sesuatu yang terjadi tidak sesuai harapan? 

Semua peristiwa dalam hidup, sejatinya sudah diatur oleh Allah SWT.

Kali ini kita akan belajar materi kelas 9 SMP Bab 7 tentang Meraih Ketenangan Jiwa dengan Meyakini Qada dan Qadar. 

Materi ini dilansir dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti karya Iis Suryatini dan Hasyim Asy’ari.

Pada materi kali ini, siswa mampu menjelaskan makna iman kepada qada dan qadar, menjelaskan hubungan antara qada, qadar, ikhtiar, dan doa, serta mendeskripsikan bukti beriman kepada qada dan qadar. 

Berikut di bawah ini penjabaran materi Pendidikan Agama Islam Kurikulum Merdeka Kelas 9 SMP Bab 7

A. Pengertian dan Dalil Iman Kepada Qada dan Qadar

Qada dan qadar merupakan dua kata dengan makna yang hampir sama.

Kedua istilah ini juga disebut dengan takdir atau ketentuan Allah SWT.

Qada secara bahasa artinya adalah keputusan, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, mewujudkan atau menjadikan.

Pengertian qada secara istilah adalah ketetapan Allah SWT terhadap sesuatu sejak zaman azali.

Sedangkan pengertian qadar dari segi bahasa adalah ukuran, kepastian, kekuasaan, peraturan, kemampuan, kehendak, perwujudan.

Secara definisi, qadar adalah perwujudan dari ketetapan Allah SWT terhadap makhluknya sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah ditetapkan. 

Iman kepada Qada dan Qadar mengandung makna bahwa seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah Swt telah menetapkan qada bagi semua makhluknya.

Allah berfirman dalam surah al-Furqan ayat 2,

ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى ٱلْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا

Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt telah menetapkan segala sesuatu di alam semesta ini.

Demikian juga suatu kejadian yang terjadi, semua itu merupakan rencana Allah Swt, namun tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya, sebelum hal tersebut benar-benar terjadi.

B. Hubungan antara Qada dan Qadar dengan Ikhtiar dan Doa

Sebagian ulama berpendapat bahwa takdir dibagi menjadi takdir mu’alaq (takdir yang masih melibatkan usaha manusia), dan takdir mubram (takdir yang sudah tidak bisa diusahakan manusia).

Terhadap takdir mu’alaq yang diberikan Allah, sebagai orang beriman kita harus menerimanya dengan terus melakukan usaha-usaha yang terbaik.

Takdir yang masih melibatkan manusia untuk terus berikhtiar dan berusaha sekuat tenaga, dan kemudian menerima dan menyerahkan sepenuhnya hasil yang diperoleh sesuai keputusan Allah Swt.

Hal ini dinamakan hubungan Qada, Qadar dan ikhtiar yang tentunya harus senantiasa diiringi dengan doa.  

Sedangkan takdir mubram merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, tidak bisa diubah, dan tidak bisa diusahakan lagi oleh manusia.

Pada contohnya, jenis kelamin, panjang pendeknya usia seseorang, serta kematian.

Baca juga: Rangkuman Materi PAI Kelas 9 SMP Bab 3 Kurikulum Merdeka: Etika Pergaulan dan Komunikasi Islami

C. Bukti Beriman Kepada Qada dan Qadar

a. Senantiasa berikhtiar dengan berusaha dan kerja keras, memiliki etos kerja yang tinggi, serta memiliki sikap optimis, tidak mudah putus asa.

b. Senantiasa berdoa, syukur, dan sabar dengan berlapang dada atas segala sesuatu yang berhubungan dengan qada dan qadar, tidak berbangga diri dengan apa yang telah diraih, serta bersyukur atas nikmat. 

c. Senantiasa bertawakal kepada Allah dengan memiliki jiwa qanaah/merasa cukup, husnuzan, serta jiwa yang tenang. 

D. Mewujudkan Ketenangan Jiwa dengan Tawakal atas Qada dan Qadar Allah Swt

Sebagai seorang mukmin yang meyakini adanya qada dan qadar Allah, maka kita akan meyakini bahwa apa pun yang terjadi sudah ditentukan ukuran, takarannya oleh Allah. 

Sikap optimis akan mendorong seseorang untuk senantiasa berikhtiar menghadapi masalah sesuai tuntunan Islam, kemudian menjadikannya sebagai pilihan.

Imam Ahmad bin hambal menjelaskan bahwa tawakal termasuk ke dalam katagori perbuatan hati, sehingga perilaku tawakal tidak bisa terlihat dalam bentuk fisik.

Sikap tawakal akan menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman.

Dengan memahami konsep qada dan qadar akan membantu kita menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.

Tugas kita iala berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa. ( MG Maryam Andalib )

Baca juga: Rangkuman Materi PAI Kelas 9 SMP Bab 4 Kurikulum Merdeka: Makna Akikah dan Berkurban

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved