Gempa Guncang Gunungkidul, Ancaman Megathrust Kembali Disorot

pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman gempa megathrust.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ Dok. BPBD Bantul/IST
Kolase Genteng Pasar Prambanan Sleman yang rontok dan Personel BPBD Bantul sedang melakukan asesment di salah satu rumah milik warga Padukuhan Jaten, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Pandak, yang rusak dikarenakan gempa pada Senin (26/8/2024) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gempa bumi yang mengguncang Gunungkidul, Senin (26/8/2024) malam, kembali mencuatkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi gempa megathrust di wilayah selatan Jawa. 

Meskipun gempa kali ini tidak berpotensi tsunami, namun lokasi episenternya berada di zona subduksi yang berpotensi memicu gempa besar di masa depan sebagaimana diprediksi BMKG sebelumnya.

"Kalau melihat titik koordinatnya itu memang jalurnya megathrust. Tapi belum masuk ke megathrust-nya karena itu kan kekuatannya di atas 8 SR ya. Tapi kalau jalurnya memang megathrust, yang sebelumnya sudah diprediksi BMKG," terang Noviar, Selasa (27/8/2024).

Lebih lanjut Noviar mengatakan bahwa pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman gempa megathrust. 

"Memang yang harus dilakukan ialah penguatan kapasitas masyarakat ya, sementara terkait struktur bangunan itu tidak bisa kita lakukan karena bangunannya sudah lama berdiri di sana dan yang bisa dilakukan ialah melakukan penyelamatan kalau terjadi gempa atau tsunami," terang Noviar.

"Sementara untuk deteksi dini gempa di belahan dunia mana pun belum ada ya, kita tahunya kalau sudah terjadi. Berbeda dengan bencana lain, misal kekeringan, gelombang tinggi, tanah longsor. Tapi gempa belum ada teknologi yang bisa memprediksinya," terangnya.

Baca juga: Update Terbaru Dampak Gempa Bumi Bermagnitudo 5,8, Delapan Rumah di Bantul Rusak

Lebih lanjut Noviar menjelaskan, gempa bumi yang mengguncang Gunungkidul pada Senin malam (26/8/2024) telah menyebabkan puluhan rumah di berbagai wilayah DIY mengalami kerusakan akibat guncangan tersebut.

Gunungkidul menjadi wilayah yang paling terdampak dengan 43 rumah mengalami kerusakan ringan.

Sementara itu,Bantul mencatat 7 rumah rusak, Kulon Progo 2 rumah, dan Sleman 1 fasilitas umum, yakni Pasar Prambanan yang mengalami kerusakan pada bagian atapnya.

"Kerusakan yang terjadi memang bervariasi, mulai dari retakan dinding hingga kerusakan pada atap. Namun, yang terpenting adalah tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini," ujar Noviar.

BPBD DIY pun telah menyalurkan bantuan logistik berupa selimut, terpal, dan logistik makanan.

"BPBD DIY sedang mendistribusikan logistik, selimut dan terpal. Kalau sewaktu-waktu mereka membutuhkan tempat sembari memperbaiki rumahnya, sudah siapkan terpal selimut dan paket makanan kepada keluarga terdampak," terangnya.

"Semua kita kirim baik Gunungkidul, Bantul atau Kulon Progo. Tapi yang paling banyak di Gunungkidul ada 43 rumah terdampak atau rusak ringan," lanjutnya.

"Sementara belum ada yang mengungsi tapi dimungkinkan situasinya berkembang karena masih dilakukan pendataan lebih lanjut, sebab ada kemungkinan juga belum melaporkan dampaknya ke petugas," pungkasnya. (HAN)
 
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved