Pameran Learning from Mangunwijaya, Ajang Mahasiswa Asing Pelajari Mahakarya Sang Arsitek

Sosok Yusuf Bilyarta (Y.B.) Mangunwijaya (1929-1999) dikenal sebagai seorang arsitek, pendeta Katolik, penulis, dan aktivis politik.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
Pameran hasil karya arsitektur mahasiswa asing yang berkolaborasi dengan UII bertajuk Learning from Mangunwijaya, digelar di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Rabu (31/7/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - 50 mahasiswa asing dari India, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand menampilkan hasil karya arsitektur yang mereka pelajari dari International Workshop and Exhibition of Learning from Mangunwijaya.

Workshop tersebut digelar oleh Program Studi (Prodi) Sarjana Arsitektur Program Internasional, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) sejak Minggu (21/7/2024).

Sosok Yusuf Bilyarta (Y.B.) Mangunwijaya (1929-1999) dikenal sebagai seorang arsitek, pendeta Katolik, penulis, dan aktivis politik.

Sebagai salah satu orang Indonesia yang pernah belajar di Jerman dan lulus pada tahun 1960-an dengan gelar Diplom-Ingenieur (Dipl.-Ing.) di bidang arsitektur, Mangunwijaya dikenal sebagai pelopor dalam arsitektur kolaboratif dan berkelanjutan yang merespons secara khusus kebutuhan lingkungan lokal.

Arsitektur Mangunwijaya mencerminkan pendekatan kesadaran sosial dengan warisan arsitektural yang tak terpisahkan dari komitmennya terhadap kebaikan bersama.

Sepulang dari studi di Jerman, Mangunwijaya merancang sekitar 80 bangunan, proyek perkotaan, dan bangunan lainnya antara tahun 1967 dan 1998.

Baca juga: Pameran Komik Perempuan Daya Dara Digelar di Bentara Budaya Yogyakarta

Karya arsitektur Mangunwijaya sangat dipengaruhi oleh studinya di RWTH Aachen University di Jerman Barat pada tahun 1960an, di mana ia berupaya menerjemahkan prinsip-prinsip universal modernisme ke dalam ekspresi otentik pribumi.

Tergerak dari kontribusi Mangunwijaya di atas, penggagas dan kurator platform internasional dari Jerman “Encounters with Southeast Asian Modernism”, Sally Below, urbanis, dan Moritz Henning, arsitek, dengan dukungan dari Kantor Luar Negeri Republik Federal Jerman, menginisiasi proyek ‘Learning from Mangunwijaya’.

Dalam penyelenggaraan acara ini, UII bekerja sama dengan beberapa universitas mitra dari dalam dan luar negeri.

Diantaranya UGM, UI, Universiti Malaya, National University of Singapore, Rangsit University, dan Kalasalingam Academy of Research and Education.

Mereka pun menampilkan hasil karya di Langgeng Art Foundation, mulai Rabu (31/7/2024) kemarin.

Pameran itu didukung oleh Kementerian Luar Negeri Jerman.

Duta Besar Negara Republik Federal Jerman untuk Indonesia H.E Ina Lepel, perwakilan dari platform Encounters with Southeast Asian Modernism Sally Below, dan Rektor UII Fathul Wahid membuka pameran tersebut.

Fathul mengatakan, melalui pameran ini, pengunjung dapat mempelajari lebih lanjut tentang karya dan kontribusi Romo Mangunwijaya dalam bidang arsitektur serta dampaknya terhadap modernisme Asia Tenggara.

"Ini merupakan interpretasi dari kawan-kawan mahasiswa setelah melihat karya-karya arsitektur Mangunwijaya. Jadi, nilainya banyak sekali yang ditawarkan disana. Contohnya, bagaimana Mangunwijaya menggunakan material lokal, bagaimana dia memahami kebutuhan lokal sampai kemudian itu diterjemahkan menjadi karya arsitektur," kata Fathul Wahid.

Dikatakannya, selain mempelajari karya Romo Mangunwijaya, para mahasiswa ini juga mendapat pengalaman unik lintas budaya lintas perguruan tinggi.

"Ketika perspektif ini bertemu saling berkontestasi ini tentu saja adalah prestasi yang perlu disyukuri makanya akan menjadikan ide menjadi berkualitas. Yang tidak kalah penting adalah pengalaman mereka ketika berproses membuat sesuatu yang, Insya Allah, tidak akan dilupakan. Ini  penting ketika mereka berpraktek menjadi seorang arsitek," lanjut Fathul.

Sementara, Ina Lepel mengaku bangga pameran bisa terselenggara dengan baik.

"Saya bangga dan senang sekali sudah bisa menyelesaikan proyek ini, saya lihat pengalaman dan kreativitas mahasiswa dan saya pikir ini luar biasa dan bagus sekali," ujarnya.

Sally Below menambahkan, workshop tersebut bisa saja berlanjut dengan dukungan dana yang memadai. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved