Beirta Klaten Hari Ini
BPBD Klaten Catat Enam Desa di Tiga Kecamatan Ajukan Droping Air Bersih Dampak Kekeringan
BPBD Klaten mencatat periode Juni-Juli 2024 ada sebanyak enam desa yang telah mengajukan permintaan droping air bersih akibat terdampak kekeringan
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Dampak kekeringan mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan semakin meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten mencatat periode Juni-Juli 2024 ada sebanyak enam desa yang telah mengajukan permintaan droping air bersih akibat terdampak kekeringan.
Enam desa tersebut dikatakan berada di tiga kecamatan, yakni Desa Sidorejo, Desa Kendalsari, Desa Tlogowatu, dan Desa Tangkil di Kecamatan Kemalang. Kemudian, Desa Bandungan di Kecamatan Jatinom dan Desa Dukuh di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kepala BPBD Kabupaten Klaten, Syahruna, mengungkapkan hingga Selasa (30/7/2024), pihaknya telah menyalurkan sebanyak 294 tangki air bersih, berkapasitas 5.000 liter per tangki. Dengan kata lain ada sebanyak 1,47 juta liter air bersih yang telah disalurkan kepada 3.448 KK di enam desa tersebut.
Pihaknya merincikan di Kecamatan Kemalang ada sebanyak 204 tangki air bersih yang telah disalurkan. Meliputi 82 tangki untuk Desa Sidorejo, 29 tangki di Desa Kendalsari, 83 tangki untuk warga Desa Tlohowatu, dan 10 tangki disalurkan ke Desa Tangkil.
Adapun di Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, telah tersalurkan 59 tangki air bersih dan di Desa Dukuh, Kecamatan Bayat, sudah disalurkan sebanyak 31 tangki air bersih.
"Insya Allah (ketersediaan tangki air bersih) masih banyak. Untuk desa juga ada yang meminta droping air lagi," kata Syahruna saat dihubungi Tribunjogja.com, pada Rabu (31/7/2024).
Syahruna mengatakan berdasarkan prediksi BMKG, puncak musim kemarau kali ini akan terjadi pada Agustus 2024 dan diperkirakan sampai Oktober 2024. Meski ada sejumlah desa yang rutin meminta droping air bersih. Namun, Syahruna menuturkan permintaan droping tahun ini cukup menurun dibandingkan 2023 lalu.
"Karena tahun lalu kan ada dampak el nino, sedangkan kini sesuai BMKG kemarau ringan. Jadi pas awal-awal itu sudah mulai di droping air bersih. Lagipula beberapa daerah yang biasa minta droping, saat ini sudah masuk PDAM atau Pamsimas, semisal di Karangdowo itu biasanya minta droping tapi kini kan PDAM sudah masuk," jelasnya.
Meski begitu, Syahruna tetap menghimbau masyarakat menghemat air bersih. Selain itu, karena akhir-akhir ini malam hari terasa lebih dingin dan siang hari cukup terik, Syahruna menghimbau masyarakat jaga kesehatan dan banyak minum air putih. ( Tribunjogja.com )
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.